MEMBANGUN KHAZANAH ILMU DAN PENDIDIKAN

Belajar itu adalah perobahan …….

Archive for March, 2010

BIOGRAFI SINGKAT AL-HASAN BIN ALI BIN ABI THALIB RA.

Posted by Bustamam Ismail on March 31, 2010

Nama lengkap beliau adalah Abu Muhammad al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. bin Abdul Muth Thalib ra. bin Hasyim al-Qurasyi al-Hasyimi, cucu Rasulullah saw., putera dari puteri beliau Fathimah az-Zahra dan raihanah (kesayangan) beliau. Orang yang paling mirip wajahnya dengan beliau, Lahir pada pertengahan Ramadhan tahun 3 H. Rasulullah saw. mentahniknya dengan ludah beliau dan memberinya nama al-Hasan. la adalah putera tertua Ali bin Abi Thalib ra.. Rasulullah saw. sangat mencintainya dan kadang kala beliau menjilati lidahnya sewaktu ia masih kecil, memeluknya dan bercanda dengannya. Kadang kala ia mendatangi Rasulullah saw. saat beliau sedang sujud lalu naik ke atas punggung beliau. Beliau membiarkannya dan meman-jangkan sujud karenanya. Dan kadang kala beliau membawanya naik ke atas mimbar.

Dalam hadits shahih1147 disebutkan bahwa ketika Rasulullah saw. berkhutbah, beliau melihat al-Hasan dan al-Husain datang menghampiri beliau. Beliau turun dari mimbar dan menggendong mereka berdua lalu membawa keduanya ke atas mimbar, kemudian beliau berkata, “Maha benar Allah SWT..Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)‘ (At-Taghabun:15).

Read the rest of this entry »

Posted in Ali bin Abi Talib | 5 Comments »

KONSEP BUDAYA DAN IKLIM SEKOLAH Oleh A Fatah Munzali

Posted by Bustamam Ismail on March 31, 2010

A. Pengertian Budaya dan Iklim Sekolah

Budaya Sekolah Secara etimologis pengertian budaya (culture) berasal dari kata latin colere, yang berarti membajak tanah, mengolah, memelihara ladang (Poespowardojo, 1993). Namun pengertian yang semula agraris lebih lanjut diterapkan pada hal-hal yang lebih rohani (Langeveld, 1993). Selanjutnya secara terminologis pengertian budaya menurut Montago dan Dawson (1993) merupakan way of life, yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula dari suatu bangsa. Kemudian Kotter dan Heskett (1992) yang dikutip dalam The American Herritage Dictionary mendefinisikan kebudayaan secara formal, “sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seni, agama, kelembagaan dan segala hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia”. Selanjutnya Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”. Lebih lanjut Koentjaraningrat membagi kebudayaan dalam tiga wujud yaitu:

  1. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain-lain;
  2. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat dan;
  3. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Read the rest of this entry »

Posted in Manaj. Pendidikan | 4 Comments »

METODE PENDIDIKAN MUSLIM YANG BERMULA DARI KAJIAN AL-QUR’AN DAN SUNNAH

Posted by Bustamam Ismail on March 30, 2010

Kitab suci agama Yahudi dan Kristen nyaris telantar oleh tangan orang­ orang yang semestinya diharapkan jadi pembela setia. Jika dalam bab-bab sebelumnya kita bermaksud hendak membiasakan sikap kaum muslimin terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, karena penghargaannya, mungkin mereka kurang mampu menikmati kepuasaan melainkan setelah membandingkan dengan Kitab Injil. Pembahasan secara mendasar mengenai metode pendidikan umat Islam dirasa perlu-sebuah ilmu unik dan tak ada yang menyaingi hingga hari ini serta amat penting dalam pemeliharaan Al-Qur’an dan Sunnah berlandaskan iman sesuai dengan kehendak Allah

“Sesungguhnya Kami telah turunkan Al-Qur’an, dan Kami akan memeliharanya”2

Karena Al-Qur’an secara tegas menyebut adanya kerusakan kitab-kitab itu dari dalam, maka komunitas Muslim merasakan betapa pentingnya memagari AI-Qur’an dari segala pengaruh yang meragukan. Sepanjang sejarah Islam para penghafal Al-Qur’an, huffaz, memiliki keutuhan tekad menyimpan isi kitab Al-Qur’an sepenuhnya ke dalam hati yang jumlahnya mencapai jutaan sejak kelompok remaja hingga orang tua, jadi tulang punggung dalam peme­liharaan ini; suatu keadaan yang tak pernah terjadi pada Kitab Taurah dan Injil dan bahkan sikap kehati-hatian tidak terhenti sebatas itu.

Read the rest of this entry »

Posted in sej. teks Al-Qur'an | Leave a Comment »

KHALIFAH AL-HASAN BIN ALI BIN ABI THALIB RA.

Posted by Bustamam Ismail on March 29, 2010

1. PEMBAI’ATAN BELIAU MENJADI KHALIFAH

Ketika Ibnu Muljam menikam Ali bin Abi Thalib ra., mereka berkata kepada Ali, “Tunjuklah khalifah sepeninggalmu wahai Amirul Mukminin!” Ali berkata, “Tidak! Aku akan membiarkan kalian sebagaimana Rasulullah saw. meninggalkan kalian (yakni tanpa menunjuk khalifah). Apabila Allah SWT. menghendaki kebaikan atas kalian maka Allah SWT. akan menyatukan kalian di bawah kepemimpinan orang yang terbaik dari kalian sebagaimana Dia telah menyatukan kalian di bawah kepemimpinan orang yang terbaik dari kalian sepeninggal Rasulullah saw. .”1124

Setelah beliau wafat, putera beliau yakni al-Hasan menshalati jenazah beliau karena ia adalah putera beliau yang tertua, lalu jenazah beliau dikebumikan. Orang pertama yang maju membai’at al-Hasan bin Ali adalah Qais bin Sa’ad bin Ubadah. Ia berkata kepadanya, “Ulurkanlah tanganmu, aku akan membai’atmu atas dasar Kitabullah dan Sunnah nabiNya .”

Al-Hasan hanya diam. Qais membai’atnya lalu diikuti oleh orang banyak sesudahnya. Peristiwa itu terjadi pada hari wafatnya Ali bin Abi Thalib ra. Pada bulan Ramadhan tahun 40 H. Saat itu Qais bin Sa’ad adalah amir wilayah Adzerbaijan. Ia membawahi empat puluh ribu tentara. Mereka semua telah berbai’at untuk membela Ali sampai titik darah penghabisan. Setelah Ali bin Abi Thalib ra. wafat Qais bin Sa’ad mendorong al-Hasan agar berangkat memerangi penduduk Syam. Lalu al-Hasan menarik Qais dari Adzerbaijan, kemudian mengirim Ubaidullah bin Abbas sebagai penggantinya.

Read the rest of this entry »

Posted in Ali bin Abi Talib | Leave a Comment »

TINGKAT BERFIKIR KREATIF oleh A. Fatah Munzali ( lanjutan)

Posted by Bustamam Ismail on March 29, 2010

Tingkat III: Keterlibatan dalam tantangan-tantangan yang nyata

Proses kreatif pada tingkat pertama dan kedua merupakan dasar bagi keterlibatan afektif dan kreatif terhadap permasalahan dan tantangan yang nyata. Anak mengalami keterlibatan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mandiri dan yang diarahkannya sendiri. Siswa belajar kreatif mengarah pada identifikasi tantangan-tantangan atau masalah-masalah yang berarti, pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah-masalah itu, dan pengelolaan sumber-sumber yang mengarah pada perkembangan hasil atau produk (Semiawan, 1990).
Pada tingkat III mencakup internalisasi nilai-nilai dan sistem nilai (Kratwohl dkk., 1964), keterikatan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang produktif, dan upaya untuk mencari pengungkapan (aktualisasi) diri dalam hidup (Maslow, 1968).

Pengawas mendorong diri dan pendidik di lingkungan binaan untuk mengajukan berbagai pertanyaan yang berkenaan dengan objek yang mungkin secara nyata dan mungkin dalam imajinasi dan menjadikan pertayaan-pertanyaan tersebut sebagai stimulasi tantangan untuk menyelesaikan permasalahan. Memikirkan berbagai sumber daya dalam diri dan lingkungan yang dapat dimanfaatkan atau terkait dengan permasalahan sehingga berkontribusi menghasilkan solusi yang efektif. Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru, berpikir positif apa manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh, lakukan dengan senang sebagai pengalaman pembelajaran maka kita menemukan dunia yang terbuka lebar dengan berbagai kemungkinan.

Read the rest of this entry »

Posted in Manaj. Pendidikan | Leave a Comment »

TINGKAT BERFIKIR KREATIF oleh A. Fatah Munzali

Posted by Bustamam Ismail on March 26, 2010

Tingkat Berpikir Kreatif, Terdapat tiga tingkat berpikir kreatif. Semiawan (1990) mengemukakan tiga tingkat kreativitas yang masing-masing tingkat mempunyai ciri kognitif dan afektif. Tingkatan kreatif meliputi: (a) fungsi divergen; (b) proses pemikiran dan perasaan yang majemuk; dan (c) keterlibatan dalam tantangan-tantangan nyata.

1. Tingkat I: Fungsi Divergen

Tingkat ini merupakan awal proses kreatif. Anak yang melakukan latihan pada tingkat ini akan mengembangkan kemampuan divergen, yaitu keterbukaan terhadap berbagai kemungkinan. Secara kognitif anak mengembangkan fungsi-fungsi divergen meliputi perkembangan dari kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dalam berpikir.

Selanjutnya Semiawan menjelaskan, bahwa tingkat pertama yang disebut tingkat kreatif meliputi kesediaan untuk menjawab, keterbukaan terhadap pengalaman, kesediaan menerima kesamaran atau kedwiartian (ambiguity), kepekaan terhadap masalah dan tantangan, rasa ingin tahu, keberanian mengambil risiko, kesadaran, dan kepercayaan kepada diri sendiri. Tingkat ini merupakan landasan atau dasar di mana belajar kreatif berkembang. Dengan demikian, tahap ini mencakup sejumlah metode dan teknik yang dapat dipandang sebagai dasar dari belajar kreatif.
Pengawas dapat mendorong diri sendiri dan orang lain untuk terbuka terhadap hal-hal baru, mengembangkan kepekaan terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi orang lain dalam sitasi yang dihadapi karena latar belakang dirinya, serta keberanian untuk menanggung resiko kemungkinan apa yang dikerjakan salah atau gagal. Menanamkan pikiran pada diri sendiri maupun orang lain bahwa kesuksesan adalah kemauan untuk bangkit dari kegagalan. Kesuksesan adalah 9 kali gagal dengan 10 kali bangkit . Read the rest of this entry »

Posted in Manaj. Pendidikan | 1 Comment »

PENYEBAB MUNCULNYA RAGAM BACAAN AL-QUR’AN

Posted by Bustamam Ismail on March 19, 2010

Salah satu pintu gerbang masuknya serangan pihak Orientalis terhadap Al-Qur’an adalah membuat kekacauan terhadap naskah teks Al-Qur’an itu sendiri. Menurut perkiraan saya, terdapat lebih dari 250,000 naskah AI-Qur’an dalam bentuk manuskrip, secara lengkap maupun sebagian-sebagian, sejak abad pertama hijrah hingga hari ini. Kesalahan-kesalahan telah diklasifikasikan dalam lingkungan akademik pada dua kelompok disengaja maupun tidak, dan dalam koleksi manuskrip yang banyak ini sudah pasti dalam sekejap mata para penulis boleh melakukan kesalahan yang tidak disengaja. Ilmuwan yang membahas subjek itu tahu dan paham betul bagaimana susahnya kesalahan konsentrasi sesaat dapat membahayakan, sebagaimana dibicarakan secara gamblang dalam beberapa karya tulis berikut ini: (1) Ernst Wurthwein, The Text of the Old Testament, edisi kedua yang telah direvisi dan diperluas, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, Michigan, 1995; (2) Bart D. Ehrman, The Orthodox Corruption of Scripture, Oxford Univ. Press, 1993; dan (3) Bruce M. Metzger, The Text of the New Testament, Edisi ketiga, Oxford Univ. Press, 1992.

Buku pertama mengupas PL (Perjanjian Lama) dan yang lainnya tentang PB (Perjanjian Baru). Semua karya tulis tersebut mengelompokkan kesalahan dengan memakai istilah seperti transposisi, haplografi, dan dittografi yang kadang-kadang ditujukan pada penulis yang sudah meninggal dunia guna mengalihkan perhatian yang ada dalam pikirannya di mana ia melakukan ke­salahan sejak ribuan tahun yang silam.1 Hanya saja perlakuan seperti itu tidak mungkin dapat diterapkan terhadap Al-Qur’an, di mana terjadinya banyak kesalahan-yang jelas ada akibat keletihan dalam penulisan-dianggap sebagai variasi yang betul-betul terjadi, sebagai bukti yang dianggap dapat merusak kitab suci kaum Muslimin.

Read the rest of this entry »

Posted in sej. teks Al-Qur'an | Leave a Comment »

Berpikir sebagai suatu kajian. Oleh A Fatah Munzali

Posted by Bustamam Ismail on March 19, 2010

1. Essensi Berfikir.

Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi untuk membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dari lamunan biasa, selanjutnya pemecahan masalah yang kreatif. Aktivitas mental dalam perasaan dan pemahaman bergantung pada perangsangan dari luar dalam proses yang disebut sensasi dan atensi. Proses mental yang lebih tinggi yang disebut berpikir terjadi di dalam otak. Mengingat kembali mengundang pengalaman terdahulu ke alam pikiran dan mulai membentuk rantai asosiasi. Rantai asosiasi tidak merujuk pada apa yang secara nyata kita lihat tetapi sebagai khayalan-khayalan mental.

Asosiasi bebas adalah melompat dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya. Asosiasi bebas merupakan pemikiran yang tidak terkendali tergantung daya imajinasi dan eksplorasi pikiran. Asosiasi bebas merupakan salah satu sifat dari melamun atau mengkhayal. Kebanyakan pemikiran manusia tidak terkendali.

2. Pikiran yang terarah merupakan Pikiran yang tertinggi.

Pikiran terarah atau pikiran pemecahan masalah dianggap sebagai jenis pikiran yang paling tinggi. Pemikiran akan terarah apabila kita merencanakan apa tidakan yang akan dilakukan. Pemecahan masalah akan terjadi manakala secara nyata ditemukan hal yang dirasakan mengganggu baik secara fisik maupun mental. Bentuk pemikiran yang paling tinggi berkenaan dengan arti atau makna dan konsep dari sesuatu, sehingga lebih bersifat abstrak dibandingkan hal-hal yang nyata.

Read the rest of this entry »

Posted in Manaj. Pendidikan | Leave a Comment »

JIHAD DAN PEMBEBASAN WILAYAH PADA MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB RA.

Posted by Bustamam Ismail on March 18, 2010

1. Khalifah Ali R.a berusaha secara maksimal untuk memadamkan Fitnah

Khalifah ar-Rasyid yang keempat, Ali bin Abi Thalib ra. Menghadapi masalah-masalah berat dan kondisi dalam negeri yang labil. Situasi pada masa kekhalifahan beliau sangat tidak kon-dusif. Pecah perang di antara kaum muslimin, munculnya kaum Khawarij, sehingga Khalifah sibuk mengurus masalah-masalah dalam negeri dan memadamkan api fitnah yang marak pasca terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan secara zhalim.

Salah satu kerugian akibat fitnah-fitnah ini dan ekses negatifnya adalah terhambatnya gerakan jihad dan perluasan wilayah Islam yang merupakan perkara yang sangat menonjol pada masa kekhalifahan sebelumnya. Buku-buku sejarah tidak mencatat penaklukan-penaklukan wilayah baru pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ra. Akan tetapi meskipun menghadapi berbagai masalah dalam negeri yang pedih namun beliau mampu mempertahankan wilayah-wilayah yang sudah ditaklukan.

Para amir di wilayahwilayah taklukan sangat serius menghadapi serangan musuh-musuh dari luar. Para prajurit yang berjagajaga di tapal batas benar-benar melak-sanakan kewajiban mereka dengan baik dalam menjaga dan mengamankan wilayah Islam.

Read the rest of this entry »

Posted in Ali bin Abi Talib | Leave a Comment »

Masa Ali dan Mu’awiyah saling berebut Pengaruh.

Posted by Bustamam Ismail on March 17, 2010

1. SIKAP ALI RA. TERHADAP RAKYAT IRAQ

Rakyat Iraq mulai menunjukkan penentangannya terhadap Ali, mereka menentang perintah dan larangannya serta memberontak kekuasaan beliau, memprotes ketetapan hukum beliau, menolak ucapan-ucapan beliau dan mengkritik kebijakan-kebijakan beliau. Karena kejahilan mereka dan kedangkalan akal mereka serta karena sikap mereka yang kasar dan keras ditambah lagi banyak dari mereka yang fasik.

Kemudian Ali mengirim surat kepada Abdullah bin Abbas -ia adalah wakil beliau untuk kota Bashrah- mengadukan kepadanya perihal kondisi rakyat Iraq yang mulai menyelisihi kebijaksanaan beliau. Dalam surat itu beliau berkata, “Sesungguhnya aku mengajak mereka untuk menolong saudara mereka, di antara mereka ada yang menyambutnya dengan perasaan tidak suka dan di antara mereka ada yang membuat-buat alasan secara dusta. Aku memohon kepada Allah SWT. agar memberi bagiku jalan keluar dari keburukan mereka.  Dan melepaskan diriku dari mereka secepatnya. Kalau bukan karena syahadah (mati syahid) yang kukejar niscaya aku tidak mau tinggal bersama mereka meski satu hari. Semoga Allah SWT. meneguhkan kita semua di atas ketakwaan dan hidayahNya. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala se-suatu. Wassalam.”

Read the rest of this entry »

Posted in Ali bin Abi Talib | Leave a Comment »