2. Jaman Jepang
Tatkala Jepang masuk Bukittinggi, Maret 1942, perang terjadi, Belanda dalam sekejap mata bertekuk lutut, suasana tidak menentu, saya pulang kampong sebentar kembali ke sawah, ronda malam saya ikuti sebagaimana layaknya di kampung. Karena tak tahan lama-lama di kampong, saya pinjam sepeda Kakak sepupu dan terus mendayung lebih kurang 130 km menuju Bukittinggi, singgah di Lubuk Sikaping, dua hari satu malam perjalanan. Kembali aku mencari orang tua angkatku HMS Soelaiman yang langsung menerimaku tinggal dan bekerja kembali di Percetakan dan Toko Bukunya, alangkah baikbudinya. Disela-sela pekerjaan, saya ikuti berbagai macam pendidikan, mulai dari sekolah di kelas, sampai baris berbaris”bogodan” namanya, dan sekolah bahasa Jepang.
Selama pendudukan Jepang saya melaksanakan tugas Kepala Wek Belakang Pasar, dimana kota Bukittinggi dikala itu dibagi pada 5 Wek, Yaitu Jl. Komidi, Belakang Pasar, Pasar Bawah, Jirek dan Atas ngarai. Kepala Wek sesungguhnya adalah orang tua angkat saya HMS Soelaiman – Orang terhormat di Bukittinggi. Read the rest of this entry »