MEMBANGUN KHAZANAH ILMU DAN PENDIDIKAN

Belajar itu adalah perobahan …….

FITNAH TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN RA.

Posted by Bustamam Ismail on February 18, 2010

1. SEBAB MUNCULNYA KUDETA TERHADAP PEMERINTAHAN UTSMAN BIN AFFAN RA.

Saif bin Umar mengatakan781 bahwa sebab terjadinya pemberontakan beberapa kelompok terhadap Utsman bin Affan ra. adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ yang berpura-pura Islam dan pergi ke daerah Mesir untuk menyebarkan idenya sendiri di beberapa kalangan masyarakat. la mengatakan kepada seseorang, “Bukankah Isa bin Maryam akan kembali ke dunia?” Jawab orang itu, “Ya!” la berkata lagi, “Rasulullah saw. Lebih baik dari Isa. Apakah kamu mengingkari bahwa beliau akan kembali ke dunia sementara beliau lebih mulia dari pada Isa bin Maryam?” kemudian ia berkata, “Beliau telah memberikan wasiatnya kepada Ali binAbi Thalib ra.. Muhammad Nabi terakhir danAli penerima wasiat yang terakhir. Berarti Ali lebih berhak untuk menjabat sebagai khalifah dari pada Utsman bin Affan ra. dan Utsman telah merampas hak yang bukan miliknya.” Maka mulailah orangorang mengingkari kepemimpinan Utsman bin Affan ra. dan mencelanya seolah-olah sedang beramar ma’ruf dan melarang kemungkaran mengajak orang-orang untuk mendukung ide tersebut.

Maka banyak di antara penduduk Mesir yang terpengaruh fitnah dan mereka menulis kepada jamaah-jamaah orang awam yang ada di Kufah dan Bashrah sehingga mereka saling menukar informasi melalui surat dan mengikat perjanjian kesepakatan untuk mengingkari pemerintahan Utsman bin Affan ra.. Lalu diutuslah seorang yang akan mendebat Utsman dan menyebutkan hal-hal yang mereka kritik dari beliau, terutama adanya sistem familisme782 dalam pengangkatan gubernur serta memecat beberapa tokoh besar dari kalangan sahabat dari jabatan tersebut. Sehingga banyak orang yang ter-makan provokasi tersebut.783

2. PENGUNGSIAN SEKELOMPOK PENDUDUK KUFAH KE WILAYAH SYAM PADA TAHUN 33 H.

Pada tahun ini Amirul Mukminin Utsman bin Affan ra. Mengungsikan sekelompok penduduk Kufah ke wilayah Syam. Sebabnya Sa’id bin alJAsh 784 mengirim surat kepada Utsman melaporkan perkara bahwa sekelompok penduduk tersebut berbicara kasar di majlisnya. Kemudian Utsman memba-lasnya agar mereka diungsikan ke wilayah Syam. Utsman juga menulis surat kepada Mu’awiyah gubernur Syam yang isinya, “Di saat engkau membawa surat ini, telah diungsikan sekelompok penduduk

Kufah ke wilayahmu. Maka berilah tempat dan muliakan serta jinakkan hati mereka.” Ketika mereka sampai, Mu’awiyah menyediakan tempat untuk mereka dan menghormati mereka dengan berkumpul bersama seraya memberikan wejangan dan

nasehat kepada mereka agar senantiasa mengikuti jamaah muslimin serta tidak bersikap menyempal dan mengasingkan diri dari jamaah tersebut. Maka juru bicara mereka menjawab dengan ucapan yang kasar dan keji. Mu’awiyah masih bersikap sabar dan memulai dengan memuji orang-orang Quraisy yang mereka cerca, lantas Mu’awiyah memuji Rasulullah saw.785

Kemudian beliau mencoba untuk kali yang kedua menasehati mereka dan ternyata mereka masih saja tidak bergeming dalam penyimpangan mereka serta tetap bertahan dalam kejahilan dan ketololan mereka. Maka hilanglah kesabaran Mu’awiyah yang akhirnya mengusir mereka dari wilayah Syam, agar tidak merusak pemikiran masyarakat Karena ucapan mereka itu mengandung celaan terhadap orang-orang Quraisy sebab mereka meremehkan dan menyianyiakan kewajiban yang seharusnya mereka lakukan dalam menolong agama Islam serta tidak memberantas orang-orang yang telah membuat kerusakan. Semua ini mereka maksudkan untuk merendahkan dan mencela serta mencerca Utsman bin Affan ra. dan Sa’id bin al-‘Ash.786

Mereka semua berjumlah sepuluh orang dan ada yang mengatakan Sembilan orang: Kumail bin Ziyad, al-Asytar an-Nakha’i namanya Malik bin Harits, ‘Alqamah bin Qais an-Nakha’i, Sha’sha’ah bin Shauhan al-Abdy, Tsabit bin Qais an-Nakha’i, Jundub bin Zahir, al-Ghamidy, Jundub bin Ka’b al-Azdy, ‘Urwah bin al-Ja’d dan Amr bin al-Hamq al-Khuza’i.787 Setelah mereka keluar dari Damaskus mereka pergi ke tempat Abdur Rahman bin Khalid bin Walid yang menjabat sebagai wakil gubernur al-Jajirah.788 la mengancam akan menindak mereka. Akhirnya mereka meminta maaf dan menarik pemikiran mereka yang lalu. Al-Asytar an-Nakha’i pergi menghadap Utsman bin Affan ra. untuk meminta maaf atas sikap teman-teman mereka yang lalu.

Utsman memaafkan mereka dan mempersilahkan untuk memilih tempat tinggal di mana mereka suka. Mereka memilih untuk bermu’amalah dengan Abdur Rahman bin

Khalid bin Walid. Kemudian mereka pergi. Himsh dan Abdur Rahman bin Khalid menyuruh mereka untuk tinggal di pinggir pantai serta memberi dan menanggung segala kebutuhan mereka.789

Dikatakan, bahkan ketika Mu’awiyah marah terhadap mereka, beliau mengirim surat kepada Utsman lalu dibalas yang isinya untuk mengembalikan mereka ke tempat Sa’id bin al-‘Ash. Setelah mereka kembali ternyata lidah mereka semakin tajam dan semakin jahat. Sa’id bin al-‘Ash melaporkan hal tersebut kepada Utsman bin Affan ra. dan Utsman menyuruh mereka untuk pergi ke tempat Abdur Rahman bin Khalid bin Walid lalu menetapkan mereka di daerah Ad-Durub.790

3. PEMINDAHAN SEKELOMPOK ORANG DARI PENDUDUK BASHRAH PADA TAHUN 33 H.

Pada tahun ini beberapa orang dari penduduk Bashrah telah dipin-dahkan oleh Utsman bin Affan ra. ke Syam dan Mesir karena telah mengritik kebijakan yang dilakukan oleh Utsman. Mereka adalah orang yang mengobar-kan api pemberontakan dan bersekongkol dengan musuh untuk merusak dan mencela pemerintahan Utsman. Padahal merekalah orang-orang yang zhalim dan Utsman bin Affan ra. adalah seorang yang mulia dan memberi petunjuk.791

4. PERMINTAAN PENDUDUK KUFAH AGAR GUBERNUR MEREKA SAID BIN AL-‘ASH DIPECAT

Pada tahun ini, orang-orang yang tidak senang dengan kepemimpinan Utsman bin Affan ra. yang merupakan mayoritas dari penduduk Kufah dan yang sedang bermu’amalah dengan Abdur Rahman bin Khalid bin Walid di kota Himsh pengungsian dari Kufah, memberontak terhadap Sa’id bin al-‘Ash gubemur kufah serta mencela dirinya dan Utsman bin Affan ra. Mereka mengutus juru bicara mereka untuk mengkritik dengan ucapan-ucapan kasar terhadap kebijakan-kebijakan yang telah diambil Utsman yang dengan sengaja memecat kebanyakan para sahabat792 lalu menggantikannya dengan kerabatnya. Mereka meminta agar gubernur mereka dipecat dan diganti dengan yang lain, perkara ini membuat Utsman bin Affan ra. menjadi sangat terjepit.793

5. CARA UTSMAN BIN AFFAN RA. MENGHADAPI FITNAH

Utsman bin Affan ra. mengirim surat kepada semua pimpinan pasukan agar berkumpul. Maka datanglah Mu’awiyah pimpinan daerah Syam, Amr bin al-‘Ash pimpinan daerah Mesir, Abdullah bin Saad bin Abi Sarh amir Maroko, Sa’id bin al- ‘Ash amir Kufah dan Abdullah bin Amir pimpinan daerah Bashrah. Kemudian Utsman meminta pendapat mereka tentang problem ini. Abdullah bin Amir pimpinan daerah Bashrah berpendapat agar mereka diberi kesibukan berjihad untuk mencegah dari kejelekan mereka. Sehingga mereka hanya sempat memikirkan diri mereka sendiri, kendaraan perangnya dan segala perlengkapannya. Sa’id bin al-Ash berpendapat agar mereka semua dibasmi dan dilenyapkan sampai ke akar-akarnya.

Mu’awiyah berpendapat bahwa para gubernur semua kembali ke tempatnya masingmasing dan tidak usah mempedulikan mereka beserta kejahatan mereka yang sedang bergejolak, karena mereka hanya kelompok minoritas dan lemah. Abdullah bin Saad bin Abi Sarh berpendapat agar menjinakkan mereka dengan memberi harta yang

dapat meredam kejahatan dan makar mereka serta melembutkan hati mereka terhadap dirinya.794

Utsman bin Affan ra. menetapkan kebijaksaaannya dengan menjinakkan hati mereka yakni memberikan berbagai fasilitas lalu mengutus mereka untuk melaksanakan jihad sehingga terkumpullah semua maslahat795 Di saat Sa’id bin al-‘Ash kembali ke kufah, ia dihadang oleh penduduk Kufah dengan bersenjata seraya bersumpah tidak akan mengizinkannya masuk kembali ke Kufah sehingga Utsman bin Affan ra. terpaksa menggantikannya dengan Abu Musa al-Asy’ary. Maka Sa’id pulang kembali ke Madinah lalu fitnah pun berhenti.

Penduduk Kufah merasa takjub dengan tindakan tersebut dan mengirim surat kepada Utsman bin Affan ra.. Utsman menjawab semua pertanyaan mereka untuk menghilangkan segala udzur, syubhat dan kejahatan mereka.796

6. PELENGKAP CARA UTSMAN BIN AFFAN RA. DALAM MENANGANI FITNAH797

Dari berbagai keterangan yang tertera di dalam buku-buku Tarikh jelaslah bahwa Utsman bin Affan ra. melakukan beberapa cara di dalam menangani fitnah, di antaranya:

1)    Beliau mengumpulkan dewan syura dari kalangan sahabat dan meminta pendapat mereka tentang kebijakan apa yang seharusnya diambil dalam menangani pemberontakan yang muncul di beberapa daerah dan hasilnya disosialisasikan oleh Utsman.

2)    Beliau mengutus beberapa orang untuk menyelidiki kejadian yang sebenarnya dan meneliti akar permasalahan. Kemudian delegasi tersebut kembali dengan tidak mendapatkan sebab yang hakiki dan ternyata pergolakan tersebut hanya isu belaka.

3)    Beliau meminta para gubernur agar berkumpul di Madinah kemudian mendiskusikan sebab permasalahan dan beliau mengarahkan mereka agar selalu berbuat baik terhadap rakyat dan menghindari semua sebab munculnya pergolakan dan permasalahan.

4)    Memerintahkan para gubernur agar tidak memberikan tindakan yang keras kepada para perusuh atau memenjarakan dan membunuh mereka. Mudah-mudahan dengan sikap yang lembut tersebut dapat meredakan pergolakan.

5)    Menegakkan hujjah terhadap para pelaku pemberontakan dengan memberikan bantahan terhadap dakwaan-dakwaan dan membeberkan segala kekeliruan mereka di dalam Masjid Rasulullah saw. di depan semua sahabat dan penduduk Madinah. Kemudian beliau mengingatkan mereka agar senantiasa mengingat Allah SWT. dan menasehatkan supaya tetap konsisten dengan jamaah serta mengikuti kebenaran. Setelah itu banyak yang rujuk dari pemikirannya dan bertaubat dan mengikrarkan hal tersebut hingga mereka mengerubungi rumah khalifah dan mengelilingi Utsman di saat beliau kembali dari melaksanakan haji

bersama sejumlah para sahabat dan tabi’in.

6)    Mengabulkan beberapa tuntutan penukaran gubernur dengan gubernur yang mereka inginkan. Jika perkara tersebut muncul secara alarm, tentunya kebijakan seperti ini sudah cukup sebagai penanganan serta menegakkan kebenaran dan keadilan. Tetapi di balik pengaduan dan pergolakan tersebut ada unsur politis dan dendam kesumat yang terus berusaha untuk menyulut api pergolakan di tengah umat Islam dan memecah persatuan kaum muslimin. Lalu terjadilah apa yang telah diberitakan Rasulullah saw. bahwa Utsman akan dibunuh secara zhalim yang diiringi dengan berbagai fitnah dan perpecahan kaum muslimin dan ketetapan Allah SWT. itu adalah suatu ketetapan yang pasti berlaku.

7. KEDATANGAN DELEGASI DARI MESIR PADA BULAN RAJAB TAHUN 35 H

Ruang gerak kaum Khawarij yang berada di Mesir sangat dibatasi oleh Amr bin al-‘Ash dan mereka bekerja di bawah perintahnya. Akhirnya mereka melapor kepada Utsman bin Affan ra. dan meminta agar menggantikan Amr bin al-‘Ash dengan orang yang lebih lembut Mereka terus bersikap seperti itu hingga Amr diberhentikan dari bidang pertahanan namun tetap sebagai imam dalam shalat lalu tugas pertahanan dan perpajakan tersebut diemban oleh Abdullah bin Saad bin Abi Sarh. Kemudian kaum Khawarij tersebut berusaha mengadu domba antara Amr bin al-Ash dan Abdullah bin Saad bin Abi Sarh sehingga terjadi perselisihan di antara mereka. Kemudian Utsman memikulkan tugas perpajakan, pertahanan dan imam shalat jamaah sepenuhnya kepada Ibnu Abi Sarh dan mengirim surat kepada Amr yang isinya: “Tidak baik jika engkau tinggal di sekitar orang-orang yang tidak menyukai-mu, datanglah ke mari.”

Maka Amr bin al-Ash pun kembali ke Madinah. Abdullah bin Saad sedang sibuk memerangi negeri Maroko hingga takluklah negeri Barbar, Andalusia dan Afrika. Sementara di Mesir muncul sekelompok orang yang memprovokasi untuk memerangi dan membang-kang Utsman bin Affan ra. yang dipelopori oleh Muhammad bin Abi Bakar dan Muhammad bin Hudzaifah sehingga pada bulan Rajab terhimpunlah sekitar enam ratus pengendara yang pergi ke Madinah dengan berpura-pura hendak berumrah yang bertujuan untuk mengingkari kebijakan-kebijakan Utsman bin Affan ra..

Saad bin Abi Sarh mengirim surat kepada Utsman bin Affan ra. Untuk memberitahukan maksud dan tujuan kedatangan mereka ke Madinah yang sebenarnya, yaitu berpura-pura untuk berumrah padahal untuk mengingkari kebijakan beliau. Ketika mereka mulai mendekati Madinah, Utsman bin Affan ra. memerintahkan Ali binAbi Thalib ra. untuk menjumpai mereka dan me-nyuruh mereka untuk kembali ke daerah mereka sebelum mereka memasuki Kota Madinah.

798

Dan dikatakan bahwa mereka mengajak untuk berunding. Maka di-tunjuklah Ali dan beberapa orang terhormat sebagai utusan lalu menemui mereka di tempat yang bernama Juhfah. 799 Orang-orang tersebut sangat meng-hormati Ali dan menyampaikan segala uneg-unegnya kepada Ali. Lalu Ali membantah, mencela dan mengecam mereka sehingga berbalik mengecam diri mereka sendiri. Mereka berkata, “Karena alasan inikah kalian memerangi dan menghujat Amirul Mukminin?”

Dikatakan bahwa delegasi Utsman menanyakan perkara apa yang mereka kritik

dari Utsman bin Affan ra.. Lalu mereka menyebutkan beberapa hal diantaranya, “Beliau melarang menyembelih unta, membakar mushaf, tidak meng-qashar shalat dalam safar, menempatkan orang-orang yang masih muda sebagai gubernur dan mengistimewakan Bani Umayyah dibandingkan dengan yang lainnya. Lantas Ali binAbi Thalib ra. menjawab, “Beliau melarang menyembelih unta yaitu unta dari hasil zakat menunggu sampai unta tersebut gemuk, adapun mushaf, beliau membakarnya untuk menghilangkan perbedaan dan menetapkan mushaf yang sudah disepakati sesuai dengan bacaan Rasulullah saw. yang terakhir diajarkan oleh Jibril.

Dan ia tidak menqashar shalat karena ia mempunyai keluarga di sana dan berniat untuk bermukim di sana sehingga ia menyempurnakan shalat tersebut.800 Kemudian tidaklah ia mengangkat gubernur seorang yang masih muda kecuali seorang yang lurus dan adil dan Rasulullah saw. sendiri pernah mengangkat ‘Attab bin Usaid yang masih ber-usia dua puluh tahun sebagai gubernur Makkah, kemudian beliau juga mem-berikan kepemimpinan kepada Usamah bin Zaid bin Haritsah yang masih berusia muda sehingga beberapa orang mengkritik kepimimpinannya. Adapun sikap beliau mengistimewakan Bani Umayyah, Rasulullah saw. Sendiri melakukan hal yang sama terhadap orang-orang Quraisy.

Diriwayatkan bahwa mereka mengutus beberapa orang untuk menyak-sikan sendiri khutbah Utsman bin Affan ra. tentang perkara ini. Setelah alasan dipaparkan dan lenyap semua syubhat-syubhat hingga tidak tertinggal sedi-kitpun maka para sahabat mengisyaratkan agar Utsman bin Affan ra. mendisiplinkan dan memaafkan mereka lalu memulangkan mereka ke tempat asal mereka. Maka mereka pun kembali dengan tanpa membawa apa-apa, tidak memperoleh sedikitpun dari apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka tuduhkan tidak terbukti sedikitpun. Kemudian Ali pun kembali dan memberitakan mereka telah insaf dan bersedia untuk taat.801

8. KEDATANGAN BERBAGAI KELOMPOK DARI MESIR DAN DARI WILAYAH LAIN PADA BULAN SYAWAL TAHUN 35 H.

Penduduk Mesir, Kufah dan penduduk Bashrah saling berbalas surat dan memalsukan surat tersebut atas nama para sahabat yang ada di Madinah, seperti Ali, Thalhah, az-Zubair dan ‘Aisyah ra.. Isi surat tersebut mengajak masyarakat untuk memerangi Utsman bin Affan ra. dan menolong agama Allah SWT., karena hal tersebut merupakan jihad terbesar untuk sekarang ini.802

Saif bin Umar at-Tamimy menyebutkan dari Muhammad, Thalhah, Abi Harits, Abi Utsman dan lainnya bahwa pada bulan Syawwal tahun 35 Hijriyah, penduduk Mesir keluar dalam empat kelompok dan di bawah empat pemim-pin. Jumlah mereka antara enam ratus dan seribu orang, pimpinan kelompok tersebut bernama Abdur Rahman bin ‘Udais al-Balwy, Kunanah bin Bisyr at-Tujaiby, Sudan bin Humran as-Sakuny dan Qutairah as-Sakuny. Adapun Pimpinan tertinggi mereka adalah al-Ghafiqy bin Harb al-‘Akky. Mereka semua keluar dengan berpura-pura akan melaksanakan haji dan ikut berserta mereka Ibnu Sauda’ yang beragama Yahudi dan berpura-pura masuk Islam dan telah membuat berbagai bid’ah dan qauliyah. Semoga Allah SWT. meng-hinakannya.

Penduduk Kufah keluar dengan empat kelompok yang dipimpin oleh Zaid bin Sauhan, al-Asytar an-Nakh’i, Ziyad bin Nadhar al-Haritsi, Abdullah bin Asham dan pemimpin tertinggi mereka amr bin ‘Ashm. Begitu juga penduduk Bashrah keluar dibawah empat panji yang dipimpin oleh Hukaim bin Jablah al-Abdy, Bisyr bin Syuraih bin Dhubai’ah al-Qaisy, Dzarij bin Abbad al-Abdy dan pimpinan tertinggi mereka adalah Hurqush bin Zuhair as-Sa’dy.

Penduduk mesir menginginkan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib ra., penduduk Kufah menginginkan kepemimpinan az-Zubair dan penduduk Bashrah menginginkan

kepemimpinan Thalhah. Semua kelompok itu sangat optimis bahwa urusan mereka akan berjalan lancar. Maka bergeraklah semua kelompok itu hingga berada di sekitar kota Madinah sebagaimana perjanjian yang telah mereka buat pada bulan Syawal tahun 35 Hijriyah. satu kelompok berada di Dzu Khusyub,803 yang satu di ‘awadh804 dan kebanyakkan mereka berada Dzul Marwa.805 Mereka merasa takut ter-hadap penduduk Madinah. Oleh karena itu mereka mengirim mata-mata kepada penduduk Madinah untuk memberitahukan bahwa kedatangan mereka untuk berhaji bukan untuk tujuan lain dan juga untuk meminta maaf kepada para pejabat serta menjelaskan tujuan mereka hanyalah mengerjakan haji. Lantas mereka meminta izin untuk memasuki Kota Madinah. Semua masyarakat Madinah tidak suka dan melarang mereka masuk. Namun perlahan-lahan mereka mendekati kota Madinah.

Kelompok mesir datang kepada Ali yang ketika itu sedang berada di tengah sebuah pasukan di Ahjar al-Zait. Dia mengenakan pakaian berwarna putih terbuat dari bahan katun dari Yaman dan memakai serban merah buatan Yaman sambil membawa

pedang. Orang-orang Mesir tersebut mengucapkan salam kepada beliau. Ali berteriak lalu mengusir mereka seraya berkata, “Orang-orang shalih sudah mengetahui bahwa pasukan Dzul Marwa dan Dzu Khusyub telah terlaknat melalui lisan Rasulullah saw. Kembalilah! Semoga Allah SWT. tidak menyertai kalian.” Mereka menjawab, “Ya.” Maka mereka pergi meninggalkan Ali. Adapun penduduk Bashrah sebagian mendatangi Thalhah yang sedang berada di tengah sekelompok orang di dekat Ali (beliau telah mengutus anak-anaknya kepada Utsman bin ‘Affan) Orang-orang Bashrah tersebut mengucapkan salam kepada beliau.

Thalhah berteriak lalu mengusir mereka seraya berkata seperti apa yang diucapkan oleh Ali kepada penduduk Mesir. Demikian juga yang dilakukan oleh az-Zubair terhadap orang Kufah.806

10. KELOMPOK PEMBERONTAK BERPURA-PURA PULANG KE TEMPAT MEREKA

Semua kelompok yang datang tersebut kembali ke kaumnya dan memperlihatkan kepada masyarakat seolah-olah mereka kembali ke daerah masingmasing selama beberapa hari. Kemudian kembali ke Kota Madinah. Penduduk

Madinah tidak mengetahui kedatangan mereka kecuali setelah mendengar suara takbir dari pinggiran Madinah dan ternyata kelompok tersebut telah menyerang dan mengepung kota Madinah dan mayoritas mereka sedang mengepung rumah Utsman bin Affan ra. . Mereka mengumumkan kepada masyarakat “Siapa saja yang tidak bertindak maka dia akanselamat”. Maka masyarakat menahan diri dan tidak keluar dari rumah-rumah mereka. Suasana seperti ini berlangsung selama beberapa hari. Masyarakat Madinah tidak mengetahui apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka kehendaki.

Namun begitu pun Amirul mukminin Utsman bin Affan ra. 4& tetap keluar dari rumah untuk melaksanakan shalat, penduduk Madinah dan yang lain shalat di belakang beliau. Para sahabat pergi mendatangi mereka dan bertanya sebab mereka kembali. Ali bertanya kepada penduduk mesir, “Apa yang menyebabkan kalian kembali dan berbalik pada pendapat kalian yang lalu?” Mereka menjawab, “Kami mendapatkan seseorang sedang membawa surat perintah untuk membunuh kami.” Thalhah juga berkata seperti itu kepada penduduk Bashrah dan az-Zubair kepada penduduk Kufah. Penduduk Mesir beralasan, “Kami kembali untuk menolong teman-teman kami.” Para sahabat menga-takan, “Bagaimana kalian dapat mengetahui hal tersebut dari teman kalian padahal jarak kalian sudah sangat jauh.

Jadi sebenarnya hal ini sudah kalian rencanakan.” Lalu mereka berkata, “Turunkan dia dari jabatan kekhalifahan, kami sudah tidak memerlukan dia lagi. Jika ia turun kami akan pergi.”807

11. KISAH PEMBAWA SURAT DAN SURAT PALSU

Sebagaimana pengakuan orang-orang Mesir bahwa ketika berada di perjalanan pulang, mereka berpapasan dengan seseorang, lalu mereka meme-riksa orang tersebut dan mereka temui di dalam kotak sepucuk surat atas nama Utsman bin Affan ra. yang memerintahkan untuk membunuh kelompok mereka dan menyalib serta memotong tangan dan kaki yang lainnya. Pada surat tersebut terdapat stempel Utsman dan orang tersebut adalah salah seorang budak Utsman yang mengendarai unta beliau.

Ketika mereka kembali, mereka berkeliling memperlihatkan surat tersebut kepada masyarakat. Ke-mudian Amirul mukminin berbicara kepada masyarakat dan berkata, “Keterangan tentuny a dariku, Demi Allah SWT. aku tidak menulisnya, tidak mendiktekannya dan tidak tahu-menahu tentang surat tersebut bahkan stempel tersebut adalah stempel palsu.” Mendengar hal itu, ada yang mempercayainya dan ada pula yang tidak percaya.808

Dikatakan ketika penduduk Mesir meminta Utsman bin Affan ra. agar memecat Ibnu Abi Sarh dan menggantikannya dengan Muhammad bin Abu Bakar, Utsman mengabulkan permintaan tersebut. Ketika mereka menemui seseorang yang membawa sepucuk surat perintah untuk membunuh Muhammad bin Abi Bakar dan beberapa orang lainnya, mereka kembali ke Madinah dengan perasaan yang sangat marah kemudian berkeliling memperlihatkan surat tersebut ke masyarakat sehingga banyak anggota masyarakat yang terpengaruh.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur Muhammad bin Ishaq dari pamannya Abdur Rahman bin Yasar bahwa yang membawa surat dari Utsman ke Mesir adalah Abul ‘Aur as-Sulamy809 yang sedang mengendarai unta Utsman bin Affan ra.810 Ibnu Jarir menyebutkan dari jalur ini bahwa para sahabat mengirim surat ke segala penjuru yang isinya memerintahkan kepada semua masyarakat agar datang ke Madinah untuk memerangi Utsman bin Affan ra.811

Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah dusta terhadap para sahabat. Surat tersebut adalah surat palsu yang mengatasnamakan mereka. Sebagaimana surat palsu dengan mengatas namakan Ali, Thalhah dan az-Zubair kepada orang-orang Khawarij yang diingkari oleh mereka. Demikian juga pemalsuan terse-but dengan mengatasnamakan Utsman bin Affan ra..

12.KEMBALINYA KELOMPOK PEMBERONTAK DAN PENGEPUNGAN KHALIFAH DI RUMAHNYA

Saif bin Umar menyebutkan, ketika Utsman bin Affan ra. mengerjakan shalat pada hari jum’at beliau naik mimbar dan memberikan khutbahnya: “Wahai orangorang asing! Allah Allah, demi Allah, sesungguhnya penduduk Madinah telah mengetahui bahwa kalian telah dilaknat melalui lisan Rasulullah saw. Hapuslah kesalahan dengan kebaikan! Sesungguhnya Allah SWT. tidak akan menghapuskan kejelekan kecuali dengan kebaikan.” Lantas Muhammad bin Maslamah berdiri dan berkata, “Aku sebagai saksinya.” Lalu Hukaim bin Jablah menyuruhnya duduk.

Kemudian berdiri Zaid bin Tsabit: “Bahkan hal itu terdapat dalam kitab.” Bangkitlah seseorang dari arah yang lain dan berkata, “Sungguh pandai kamu memutar fakta.” Maka kaum tersebut bangkit dengan serentak dan mengeluarkan mereka dari masjid kemudian serentak menuju Utsman bin Affan ra. lalu membantingnya dari mimbar hingga beliau jatuh pingsan lantas membawanya ke dalam rumahnya.812

Setelah kejadian tersebut Utsman bin Affan ra. terhalang pergi ke masjid. Pada awalnya beliau mulai jarang ke masjid namun kemudian beliau sama sekali tidak datang datang ke Masjid. Pada hari-hari ini yang mengimami shalat adalah al-Ghafiqy bin Harb. Pengepungan tersebut terjadi lebih dari sebulan. Dikatakan selama empat puluh hari, hingga terbunuhnya Utsman bin Affan ra. Ibnu Jarir menyebutkan, ketika Utsman bin Affan ra. dikepung, pengganti imam shalat adalah Thalhah bin abi Ubaidillah.813 Al-Waqidi meriwayatkan bahwa yang mengimami shalat adalah Ali, Abu

Ayyub, Sahl bin Hunaif814 dan untuk shalat jum’at dan led adalah Ali bin Abi Thalib ra.

13. NASH-NASH YANG MENJELASKAN PEMBELAAN UTSMAN TERHADAP DIRINYA DENGAN HUJJAH DAN BUKTI

Imam Ahmad berkata, “Bahz telah mengatakan kepada kami, Abu ‘Awanah telah mengatakan kepada kami, Hushain telah mengatakan kepada kami dari Umar bin Jawaan, Berkata al-Ahnaf, ‘Kami pergi ke Hijaj dan melintas di Kota Madinah. Di saat kami berada di rumah kami datanglah se-seorang berkata, ‘orang-orang berada di masjid.’ Maka aku dan temanku pergi ke masjid. Ternyata di sana orangorang sedang mengerubungi seseorang.

Maka aku berusaha untuk menerobos kerumunan tersebut dan ternyata me-reka adalah Ali binAbi Thalib ra., Thalhah, az-Zubair dan Saad bin Abi Waqqash. Tak lama kemudian datanglah Utsman bin Affan ra. dan bertanya, ‘Apakah di sana ada Ali bin Abi Thalib ra.?1 Mereka menjawab, Ada.’ Beliau bertanya lagi, ‘Apakah di sana ada az-Zubair?1 Mereka menjawab, Ada.’ Lalu Beliau bertanya lagi, ‘Apakah di sana ada Thalhah?’ mereka menjawab, “Ada.” Beliau bertanya, “Apakah di sana ada Saad bin Abi Waqqash?” mereka menjawab, ‘Ada.1 Lantas beliau berkata, ‘Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Dia, aku bertanya kepada kalian, tahukan kalian bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa membeli tempat penambatan unta Bani Fulan maka Allah SWT. akan mengampuninya.’ Maka aku membelinya dan aku menghadap kepada Rasulullah saw. lalu kukatakan bahwa aku telah membelinya. Beliau bersabda, ‘Letakkan tambatan tersebut di masjid maka pahalamja untukmu.‘ Mereka menja-wab, ‘Benar.’ Beliau berkata, ‘Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Dia, aku bertanya kepada kalian, tahukan kalian bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Siapa mau membeli sumur Rumata?’ Maka aku beli sumur tersebut dengan harga sekian, lalu aku menghadap Rasulullah saw. dan aku katakan, ‘Aku telah membeli sumur itu.’ Beliau bersabda, ‘Jadikan sumur tersebut sebagai tempat kaum muslimin mengambil air minum maka untukmu pahalanya.’ Mereka menjawab,’Benar.’

Beliau berkata, ‘Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Dia, aku bertanya kepada kalian, tahukah kalian bahwa Rasulullah saw. melihat wajah orang-orang pada hari Jaisyul ‘ Usrah dan bersabda, ‘ Barangsiapa mempersiapkan bekal mereka maka Allah akan mengampuni dosanya.” Maka aku yang membekali mereka hingga tiada satu tali kekang dan tali pengikat pun yang tertinggal.’ Mereka menjawab, ‘Benar.’ Utsman berkata, ‘Ya Allah saksikanlah! Ya Allah saksikanlah! Ya Allah saksikanlah!” Kemudian beliau pun pergi.815

Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dari hadits Hishain di dalamnya disebutkan, ‘Datanglah seseorang yang berbaju kuning.’816

Imam Ahmad berkata, “Ishaq bin Sulaiman telah mengatakan kepada kami. Aku mendengar Mughirah bin Muslim Abu Salamah menyebutkan dari Mathar dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Utsman bin Affan ra. yang sedang terkepung keluar dan berkata, ‘Mengapa kalian ingin membunuhku? Sesung-guhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘ Tidak halal darah seseorang kecuali salah satu dari yang tiga: Seorang lelaki yang sudah menikah melakukan zina maka ia dirajam. Seorang membunuh dengan sengaja maka iajuga diqisash. Seorang yang murtad maka ia haruss dibunuh.‘ Demi Allah SWT. aku tidak pernah berzina baik pada waktu jahiliyah maupun setelah aku masuk Islam. Aku tidak pernah membunuh seseorang sehingga harus dituntut balas dariku dan aku tidak pernah murtad semenjak aku masuk Islam. Sesungguhnya aku bersaksi tiada ilah yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan Allah.”

An-Nasa’i juga meriwayatkan dari Ahmad bin al-Azhar dari Ishaq bin Sulaiman.817 Imam Ahmad berkata, “Affan telah mengatakan kepada kami, Hammad bin Zaid telah mengatakan kepada kami, Yahya bin Sa’id telah mengatakan kepada kami dari Abi Umamah bin Sahl bin Hunaif ia berkata, ‘Aku berada di dalam rumah Utsman bin Affan ra. yang tengah terkepung. Di saat kami hendak masuk, kami mendengar ucapan dari arah al-Balath.818 Utsman masuk ke dalam rumah untuk suatu keperluan lalu keluar dengan wajah pucat, lalu berkata, ‘Mengapa mereka tadi mengancam akan membunuhku?’ Kami kata-kan, ‘Cukuplah Allah SWT. Sebagai pelindungmu ya Amirul mukminin.’ Beliau berkata, ‘Mengapa mereka ingin membunuhku? Padahal aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,’ Tidak halal darah

seseorang kecuali salah satu dari yang tiga: seorang yang murtad dari Islam, seorang yang sudah menikah melakukan zina dan seorang yang membunuh dengan sengaja.

Demi Allah aku tidak pernah berzina baik pada masa Jahiliyah maupun setelah aku masuk Islam, tidak pernah terlintas dalam benakku untuk menukar agamaku setelah Allah SWT. mem-beriku hidayah dan aku juga tidak membunuh seseorang. Lantas mengapa mereka ingin membunuhku?’.”819 Berita ini diriwayatkan oleh penulis Sunan dari empat jalur: Hadits Hammad bin Zaid, dari Yahya bin Said, Abu Salamah telah mengatakan kepadaku. An-Nasa’I menambahkan bahwa Abdullah bin Amir bin Rabi’ah, mereka berdua berkata, “Kami bersama Utsman bin Affan ra. lalu ia menye-butkan kisah tersebut.”820 At-Tirmidzi berkata, “Hadits Hasan.” Berita ini juga diriwayatkan oleh Hammad bin Salamah dari Yahya bin Said marfu’.

Imam Ahmad berkata, “Abu Quthn telah mengatakan kepada kami, Yunus yakni Ibnu Abi Ishaq telah mengatakan kepada kami dari ayahnya dari Abi Salamah bin Abdur Rahman berkata, ‘Utsman keluar dari rumahnya kerika sedang terkepung lalu berkata, ‘Aku bersumpah dengan Allah SWT. kepada mereka yang menyaksikan Rasulullah saw. pada hari Hira1 ketika gunung berguncang lalu beliau hentakkan kaki beliau ke gunung tersebut seraya berkata, ‘Tenanglah ya Hira’ tidak ada seorang pun yang berada di atasmu melainkan seorang Nabi, Shiddiq, Syahid, dan aku bersama mereka.’ Mereka membenarkannya. Kemudian Utsman berkata lagi, ‘Aku bersumpah dengan Allah SWT. kepada mereka yang menyaksikan Rasulullah saw. pada hari Bai’at Ridhwan ketika beliau mengutusku menemui orang musyrik Makkah dan berkata, ‘Ini tanganku dan ini tangan Utsman.’ Lantas beliau membai’atkan untukku.’ Mereka membenarkannya. Kemudian Utsman berkata, ‘Aku bersumpah dengan Allah SWT. kepada mereka yang menyaksikan Rasulullah saw. bersabda, ‘Siapa yang membeli rumah ini kemudian diwakafkan untuk perluasan masjid maka untuknya surga.’ Maka aku membelinya dengan hartaku lalu aku gunakan untuk memperluas masjid.’ Mereka membenarkannya. Utsman berkata, ‘Aku bersumpah dengan Allah SWT. kepada mereka yang menyaksikan Rasulullah saw. pada hari pasukan ‘Usrah beliau bersabda, ‘Siapa yang membekali pasukan ini dengan nafkah yang maqbul?’ Maka aku membekali separuh pasukan tersebut dengan hartaku.’

Mereka membenarkannya. Utsman berkata, ‘Aku bersumpah dengan Allah SWT.

kepada mereka yang menyaksikan sumur Rumata yang airnya dijual kepada para musafir, lalu aku membelinya dengan hartaku dan aku perbolehkan para musafir meminum airnya.’ Mereka membenarkannya.”821

Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dari ‘Imran bin Bakkar dari Khaththab bin Utsman dari Isa bin Yunus bin Abi Ishaq dari ayahnya dari kakeknya Abi Ishaq as-Suba’iy822 Imam Ahmad berkata, “Yahya bin Ismail telah mengatakan kepada kaml, Qais telah mengatakan kepada kami dari Abi Sahl dari’ Aisyah bah-wasanya Rasulullah saw. bersabda, ‘Panggilkan sahabatkn!’ Aku katakan, ‘Abu Bakar ra?’ Beliau menjawab, ‘Tidak.’ Aku katakan, ‘Umar ra.?’ Beliau menjawab, ‘ Tidak.‘ Aku katakan, ‘Utsman?’ Beliau menjawab, ‘ Ya.‘ Ketika Utsman datang Rasulullah saw. Bergeser lalu beliau membicarakan suatu hal yang rahasia se-mentara rona wajah Utsman berubah. Ketika hari rumah beliau dikepung, kami katakan, ‘Ya Amirul Muiminin mengapa tidak anda perangi saja mereka.’ la menjawab, ‘Tidak, karena aku telah berjanji kepada Rasulullah saw. akan bersabar dengan fitnah ini.’ Hanya Imam Ahmad yang meriwayatkannya.823

Muhamad bin ‘Aid ad-Dimasyqy berkata, “Al-Walid bin Muslim telah mengatakan kepada kami, Abdullah bin Luhai’ah telah mengatakan kepada kami dari Yazid bin Amr bahwa ia mendengar Abu Tsaur al-Fahmy berkata, ‘Aku mendatangi Utsman, ketika aku berada ditempat beliau ternyata seke-lompok penduduk kembali ke Madinah maka aku mendatangi Utsman dan memberitahukannya. Ia bertanya, ‘Bagaimana kamu lihat keadaan mereka?’ Aku Jawab, ‘Aku melihat ada niat jahat yang tergambar di wajah mereka, mereka di bawah pimpinan Ibnu ‘Udais.’ Kemudian Ibnu ‘Udais menaiki mimbar Rasulullah saw. dan mengimami shalat jum’at dan mencela Utsman di dalam khutbahnya. Maka Utsman bin Affan ra. masuk ke rumah dan menga-takan hal tersebut, lalu beliau berkata, ‘Demi Allah SWT. Ibnu ‘Udais telah berdusta. Jika tidak dikarenakan omongannya tentunya aku tidak menyebutkan ini. Aku adalah orang ke empat dalam Islam. Rasulullah saw. telah menikahkanku dengan putrinya, tatkala putrinya wafat beliau menikahkan aku dengan putrinya yang lain. Aku tidak pernah berzina dan mencuri baik di masa jahiliyah maupun setelah Islam bahkan tidak pernah terbetik keinginan untuk melakukannya sejak aku masuk Islam. Aku tidak pernah menyentuh kema-luanku dengan tangan kananku sejak aku membaiat Rasulullah saw. dengan tangan kananku. Aku telah mengumpulkan al-Qur’an pada zaman Rasulullah saw. tidak ada satu Jum’at pun kecuali aku memerdekakan hamba semenjak aku Islam, terkecuali jika aku tidak mendapati hamba pada hari Jum’at tersebut maka aku akan memerdekakannya pada jumat yangke dua’.”824

Ya’qub bin Sufyan 825meriwayatkan dari Yahya bin Abdullah bin Bukair dari Abi Luhai’ah tentang perkataan Utsman, “Aku telah menyembunyikannya selama sepuluh tahun.” Lalu beliau menyebutkannya. Ibnu Katsir berkata, “Mereka adalah orang dungu yang bersikeras untuk berbuat khianat, kezhaliman dan kebohongan. Oleh karena itu mereka tetap berusaha untuk mengepung dan mendesak Utsman walaupun beliau telah berbicara kepada mereka dengan pembicaraan yang menerangkan keutamaan beliau. Jadi tidak sepantasnya mereka bersikap seperti itu terhadap beliau hingga melarang beliau dari gulai dan air serta melarang beliau keluar ke masjid, mengancam akan membunuh dan melarang orang-orang datang menemui beliau dan melarang orang yang beserta Utsman untuk keluar.”

14. SIKAP UTSMAN BIN AFFAN RA. KETIKA PENGEPUNGAN SEMAKIN KETAT

Pengepungan terus berlanjut dari awal bulan Dzulqa’dah hingga hari Jumat tanggal 18 Dzul hijjah. 826Satu hari sebelumnya Utsman bin Affan ra. Berbincang dengan kaum Muhajirin dan Anshar yang berada di rumahnya berjumlah sekitar tujuh ratus orang di antara mereka terdapat Abdullah bin Umar ra., Abdullah bin Zubair, al-Hasan, al-Husain, Marwan dan beberapa orang hamba. Jika Utsman bin Affan ra. membiarkan mereka tentunya mereka sudah menghadang para pemberontak. Utsman berkata, “Aku bersumpah, agar mereka yang berkewajiban mentaatiku untuk menahan diri dan kembali ke rumah masing-masing.” Waktu itu para sahabat dan anak-anak mereka ada bersama Utsman. Utsman juga berkata kepada hamba-hambanya, “Barang-siapa dapat menahan pedangnya maka ia merdeka.”827 Dengan demikian peperangan dapat dicegah namun kondisi semakin gawat. Karena Utsman bin Affan ra. melihat dalam mimpinya bahwa ajalnya telah dekat sehingga beliau menyerahkan persoalannya kepada Allah SWT. Sambil mengharap janjiNya, juga karena kerinduan yang sudah mendalam kepada Rasulullah saw. dan mencon-toh salah seorang anak Adam yang mengatakan kepada saudaranya: ” Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni nereka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zhalim”. (Al-Maidah: 29).

Orang terakhir yang keluar dari rumah Utsman setelah berazam untuk melawan

mereka adalah al-Hasan bin Ali. Pemimpin pasukan untuk penghuni rumah adalah Abdullah bin az-Zubair,828

Musa bin ‘Uqbah meriwayatkan dari Salim atau Naff bahwa Ibnu Umar ra. tidak pernah menyarungkan pedangnya setelah Rasulullah saw. wafat kecuali pada hari terkepungnya rumah Utsman dan pada perang Najdah melawan kaum Khawarij.829

Abu Ja’far ar-Razi830berkata, “Dari Abu Ayub Sakhtiany dari Nafi’ dari Ibnu Umar ra. bahwa Utsman berbicara di hadapan khalayak, ‘Aku melihat Nabi saw. di dalam mimpi, beliau bersabda, ‘ Ya Utsman berbukalah bersama kami.‘ Maka pada paginya beliau berpuasa lalu terbunuh pada hari itu.831

Saif bin Umar berkata, “Dari Abdur Rahman bin Ziyad bin An’im dari seseorang berkata, ‘Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan ra. Dan berkata, ‘Ya Amirul Mukminin keluarlah dan duduklah di beranda depan sehingga masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu.’ Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir semalam aku ber-mimpi seakan-akan aku bertemu dengan Nabi Allah SWT., Abu Bakar ra dan Umar ra. lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah karena besok engkau akan berbuka bersama kami.’ Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah SWT. tidaklah matahari terbenam esok kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat.’832

Musa bin Uqbah berkata, Abu Alqamah maula Abdur Rahman bin Auf telah mengatakan kepada kami, Ibnu ash-Shalat telah berkata, “Utsman tertidur pada hari beliau terbunuh, lalu bangun dan berkata, ‘Jikalau orang-orang tidak mengatakan Utsman tengah berangan-angan tentunya aku akan menceritakannya kepada kalian.’ Kami katakan, ‘Semoga Allah SWT. memperbaiki keadaan anda, katakan saja, kami tidak akan mengatakan apa yang dikatakan manusia.’ Beliau berkata, ‘Aku melihat Rasulullah saw. dalam tidurku tadi. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau akan menyaksikan hari ]um’at bersama kami’,”833 Abu Ya’la al-Mushily dan Abdullah bin Ahmad berkata, “Utsman bin Abi Syaibah telah mengatakan kepada kami, Yunus bin Abi Ya’fur al-Abdy telah mengatakan kepada kami dari ayahnya dari Muslim bin Abi Sa’id maula Utsman bin Affan ra., bahwa Utsman telah memerdekakan dua puluh orang hamba. Lalu meminta celana yang belum pernah ia pakai baik sebelum Islam maupun sesudah Islam dan memakainya lalu berkata, ‘Aku melihat Rasulullah saw., Abu Bakar ra, dan Umar ra. dalam mimpiku, mereka mengatakan kepadaku, ‘Bersabarlah karena engkau akan berbuka besok bersama kami.’ Kemudian beliau meminta Mushaf lalu beliau tebarkan di hadapannya dan terbunuh dalam keadaan seperti itu.” 834

Ibnu Katsir berkata, “Beliau meminta celana tersebut pada hari itu agar jika ia terbunuh tidak terbuka auratnya karena beliau adalah seorang yang sangat pemalu hingga malaikat yang ada di langit pun malu terhadap Utsman sebagaimana yang telah diberitakan Nabi saw. Lalu beliau meletakkan mushaf di depannya dan membacanya seraya berserah diri menerima ketentuan Allah SWT. Menghindari peperangan, dan menegaskan kepada masyarakat jangan memerangi para pemberontak. Kalaulah tidak karena perintah beliau tentunya mereka telah menolongnya dari para perongrong namun ketetapan Allah SWT. adalah suatu yang pasti terjadi.

15.LAMANYA MASA PENGEPUNGAN DAN TANGGAL TERBUNUH NYA

Menurut berita yang masyhur, Utsman bin Affan ra. terkepung dirumah-nya selama empat puluh hari. Dikatakan lebih dari empat puluh hari. As-Sya’bi berkata, “Pengepungan berlangsung selama dua puluh hari.835 Dan beliau terbunuh pada hari Jumat tanpa ada perselisihan.”836

Saif bin Umar berkata dari guru-gurunya, “Yakni pada sore hari.”837 Dan inilah yang tetapkan oleh Mush’ab bin Zubair dan Iain-lain.838 Ahli sejarah yang lain mengatakan bahwa Utsman terbunuh pada siang hari. Pendapat ini mirip dengan pendapat diatas yaitu pada tanggal 18 Dzul-hijjah – menurut berita yang ma’ruf- tahun ke 35 Hijriyah.839 Beliau dimakamkan di tempat yang bernama Husyi Kaukab840 sebelah timur Pekuburan Baqi’ tanpa ada ikhtilaf.

Ketika Mu’awiyah berkuasa, beliau memperhatikan makam Utsman bin Affan ra. lalu meruntuhkan dinding pemisah antara makam Utsman dan pemakaman Baqi’ kemudian memerintahkan agar orang-orang menguburkan mayat mereka di sekitar makam Utsman bin Affan ra. tersebut.

Ibnu Abdil Bar berkata, “Utsman bin Affan ra. dimakamkan di Hisyi Kaukab yang telah ia beli dan ia tambah di daerah Baqi’.”841

16. PERISTIWA TERBUNUHNYA UTSMAN

Utsman bin Affan ra. telah menegaskan agar semua orang yang ada di dalam rumah beliau agar kembali ke rumah mereka masing-masing maka mereka pun pergi. Di saat tidak ada lagi orang yang bersama beliau kecuali keluarganya, para pemberontak masuk ke dalam rumah melalui pintu dan jendela. Lalu Utsman memulai mengerjakan shalat dan membaca surat Thaha dengan bacaan yang cepat sehingga beliau menyelesaikan bacaannya. Semen-tara orang-orang sedang berusaha masuk sehingga pintu dan atap ruangan tempat beliau terbakar. Mereka khawatir jika api menjalar ke Baitul Mai. Setelah Utsman menyelesaikan shalatnya, beliau duduk sambil memegang mushaf lalu membaca al-Qur’an pada ayat, “(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah SWT. dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘ Sesungguhnya manusia telah mengnmpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takntlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, Cukuplah Allah SWT. menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung” (Ali Imran: 173).

Orang yang pertama masuk adalah seorang lelaki yang bernama al-Mautul Aswad lalu ia mencekik Utsman bin Affan ra. dengan sekuat-kuatnya sehingga beliau jatuh pingsan dan nafas beliau tersengal-sengal di dada. Lalu ia tinggalkan karena mengira Utsman telah terbunuh. Kemudian masuklah Ibnu Abu Bakar lalu ia memegang janggutnya dan tiba-tiba ia menyesal dan keluar. Lalu masuk yang lain dan menebasnya dengan pedang. Dikatakan bahwa orang tersebut memenggalnya sampai putus dan yang lain mengatakan bahwa memenggalnya namun tidak putus.

Hanya Utsman berkata, “Demi Allah SWT. inilah tangan pertama yang membunuhnya.” Kemudian datang yang lain sambil menghunus pedang lalu dihadang oleh Nailah binti al-Farafishah dengan pedang lantas pedang tersebut di-rebut oleh lelaki tersebut sehingga jemari Nailah putus. Kemudian lelaki tersebut mendekati Utsman lalu menikamkan perut beliau. Lelaki tersebut bernama Saudan bin Humran. Lalu salah seorang pembantu Utsman datang dan membunuh Saudan dan pembantu

tersebut dibunuh orang lain yang bernama Qutairah.

Kemudian para pemberontak tersebut mengalihkan perhatian kepada harta yang

ada di dalam rumah tersebut. seorang di antara mereka berteriak, “Jika darahnya halal berarti hartanya juga halal.” Maka yang lain mulai tertarik dengan hal tersebut, lalu mereka kunci ruangan Utsman itu beserta korban yang ada di dalamnya. Ketika mereka masuk ke ruang tengah, Qutairah di cegat oleh pembantu Utsman lalu membunuhnya dan yang lain menjarah apa saja yang mereka temui sampai-sampai seorang yang bernama Katsum at-Tujaiby menjarah baju-baju Nailah namun pembantu Utsman dengan sigap membunuhnya dan pembantu tersebut pun ikut tewas.

Kemudian seseorang berteriak, “Pergilah ke Baitul Mai jangan sampai kalian ketinggalan.” Hal tersebut didengar oleh para penjaga Baitul Mal lalu mereka berkata, “Ayo menghindar! Mereka sekarang sedang haus harta dunia.” Maka para pemberontak tersebut menyerbu dan orang-orang Khawarij menjarah harta Baitul Ma yang jumlahnya sangat banyak842

Khalifah bin Khayyath berkata, “Ibnu Aliyah telah mengatakan kepada kami, Ibnu ‘Aun telah mangabarkan kepada kami dari al-Hasan, Watstsab843 telah mangabarkan kepadaku, ‘Aku diutus Utsman menemui mereka. Lalu aku membawa seorang yang bernama al-Asytar menghadap kepada beliau. Beliau berkata, ‘Apa yang diinginkan orang-orang?’ la katakan, ‘Ada tiga hal yang harus engkau pilih.’ Beliau berkata, ‘Coba sebutkan.’ la katakan, ‘Mereka memberimu pilihan, anda menyerahkan kekuasaan kepada mereka lalu anda katakan, ‘Silahkan pilih siapa yang kalian inginkan,’ atau engkau bunuh dirimu sendiri, jika anda enggan mereka akan membunuhmu’. Utsman berkata, ‘Apakah Aku harus memilih salah satu dari yang tiga?’ la menjawab, ‘Ya, anda harus memilih salah satu dari yang tiga!’

Utsman berkata,’ Adapun keinginan mereka agar aku mengundurkan diri maka

aku tidak akan melepaskan pakaian yang telah dipakaikan Allah SWT. Adapun jika mereka ingin membunuhku, demi Allah SWT. jika kalian membunuhku maka kalian tidak akan berkasih sayang lagi, tidak akan shalat berjamaah lagi dan kalian semua tidak akan memerangi musuh selamanya’.”844

Watstsab berkata, “Maka datanglah seorang lelaki berperawakan pendek seolah-olah dia seperri srigala, ia mengintip dari pintu lalu ia kembali. Kemu-dian datanglah Muhammad bin Abu Bakar beserta tiga belas orang temannya, lalu ia memegang janggut Utsman dan aku mendengar suara gemeretak gigi gerahamnya seraya berkata, ‘Mu’awiyah tidak lagi berfaedah untukmu, Ibnu ‘Amir tidak lagi berfaedah untukmu dan tidak lagi berfaedah suratmu.’ Utsman berkata, ‘Wahai anak saudaraku lepaskan janggutku!’.” Watstsab berkata, “Aku lihat ia memberikan isyarat dengan matanya kepada seseorang, lalu orang tersebut bangkit dengan sebuah anak panah lalu memukul-kannya ke kepala Utsman. Aku katakan, “Perlakukan dia dengan baik!” kemudian mereka mengeroyok Utsman hingga tewas.845

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu ‘Aun bahwa Kinanah bin Bisyr memukul rusuk dan ubun-ubun Utsman dengan tiang besi sehingga beliau tersungkur di sebelahnya. Lalu Saudan bin Humran al-Murady memberikan pukulan lagi dan beliau pun terbunuh. Adapun Amr bin Hamiq melompat ke dada Utsman dan pada saat itu beliau menghembuskan nafas yang terkhir lalu ia menikam beliau Sembilan kali tikaman seraya berkata, “Adapun tiga tikaman aku lakukan karena Allah SWT. dan enam tikaman aku lakukan karena dendam yang ada di dadaku.”846

Dari beberapa jalur jelaslah bahwa percikan darah beliau yang pertama berada

pada Firman Allah SWT. “Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Malm Mengetahuii.”847 (Al-Baqarah: 137).

Diriwayatkan bahwa Utsman membaca sampai pada ayat ini ketika para pemberontak masuk ke rumah beliau. Isi berita ini tidak terlalu jauh, karena beliau meletakkan mushaf untuk membacanya.

17. PENGARUH TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN RA.

Setelah terjadi peristiwa yang sangat besar, keji dan kejam tersebut, kebanyakan orang-orang jahil Kliawarij menyesali segala tindakannya. Kisah mereka ini seperti kisah yang diceritakan Allah SWT. dalam al-Qur’an tentang penyembah anak sapi: “Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka sesat, merekapun berkata, ‘Sungguh jika Rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi’.” (Al-A’raf: 149).

Tatkala berita terbunuhnya Utsman bin Affan ra. sampai kepada az-Zubair – waktu itu ia sedang keluar dari Madinah- ia berkata, ” Inna lillahi ivainna ilaihi rajiun.” Lalu ia mendoakan semoga Allah SWT. merahmati Utsman dan sampai juga kepada beliau bahwa orang yang telah membunuh Utsman menyesali tindakannya, ia berkata, “Celakalah mereka.” lalu ia membacakan Firman Allah SWT. “Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Lalu mereka tiada kuasa membuat suatu wasiat pun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya. (Yasin: 49-50).

Sampailah berita terbunuhnya Utsman bin Affan ra. kepada Ali, lalu ia mendoakan semoga Allah SWT. merahmati Utsman dan sampai juga kepada beliau bahwa orang yang telah membunuh Utsman menyesali tindakannya, ia membacakan

Firman Allah SWT. “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika mereka berkata pada manusia, ‘Kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu telahkafir ia berkata, Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesung-guhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam’.” (Al-Hasyr: 16).

Tatkala berita terbunuhnya Utsman bin Affan ra. sampai kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, ia memohonkan ampun untuk beliau dan mendoakan semoga Allah SWT. merahmati Utsman dan sampai juga kepada beliau bahwa orang yang telah membunuh Utsman menyesali tindakannya, ia membacakan Firman Allah SWT. “Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya.’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia per-buatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya. (Al-Kahfi: 103-104).

Kemudian Saad berdoa, “Ya Allah SWT. jadikanlah mereka orang yang menyesal kemudian adzablah mereka.”848 Sebagian salaf bersumpah dengan nama Allah SWT. bahwa tiada seorang pun di antara mereka yang meninggal kecuali dalam keadaan gila.849 Yang demikian itu mungkin disebabkan beberapa hal diantaranya doa Saad yang maqbul, sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih.850

18. PERKATAAN SAHABAT DAN TABI’IN TENTANG PEMBUNUHAN

UTSMAN

Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan dari jalur Syababah bin Sauwar Dari Hafsh Bin Marwan al-Bahily, dari Hajjaj bin Abi Utsman ash-Shawwaf dari Zaid bin Wahhab dari Hudzaifah berkata, “Awal munculnya fitnah adalah terbunuhnya Utsman dan akhir dari fitnah adalah keluarnya Dajjal. Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya tidaklah seseorang meninggal sementara di dalam hati terdapat seberat biji sawi rasa suka atas terbunuhnya Utsman kecuali ia akan mengikuti Dajjal jika ia bertemu dan jika ia tidak me-nemuinya, ia akan beriman kepadanya di dalam kubur.”851

Abu Bakar bin Abi Duniya dan Iain-lain berkata, “Muhammad bin Saad telah mangabarkan kepada kami, Amr bin ‘Ashim al-Killaby telah menga-barkan kepada kami, Abul Asyhab telah mengatakan kepada kami, Auf telah mengatakan kepadaku dari Muhammad bin Sirin bahwa Hudzaifah bin Yaman berkata, ‘Ya Allah SWT. Jika pembunuhan Utsman merupakan kebaikan maka aku tidak ikut andil di dalamnya dan jika pembunuhan Utsman merupakan keburukan maka aku berlepas diri dari perbuatan tersebut. Demi Allah SWT. kalau pembunuhan Utsman merupakan kebaikan maka mereka akan memper-oleh kebaikan dan jika pembunuhan Utsman merupakan keburukan maka mereka akan merasakan akibat buruknya’.”852 Al-Bukhari telah menyebutkan-nya di dalam Shahihnya.853

Al-Hasan bin Arafah berkata, “Ismail bin Ibrahim bin Ulaiyah telah mengatakan kepada kami dari Said bin Abi ‘Arubah dari Qatadah dari Abu Musa al-Asy’ary berkata, ‘Jika pembunuhan Utsman adalah suara kebenaran tentunya umat ini telah memperoleh kebaikan, namun karena pembunuhan tersebut adalah suatu kesesatan akhirnya umat ini harus menerima akibat buruknya’.”854 Sanadnya terputus. Muhammad bin Sa’id berkata, “Arim bin Fadhl telah mangabarkan kepada kami, ash-Sha’iqu bin Hazn telah mangabarkan kepada kami, Qatadah telah mengatakan kepada kami dari Zahdam al-Jarmy berkata, ‘Ibnu Abbas memberikan khutbahnya, ‘Jika orang-orang tidak menuntut qishas terhadap darahnya niscaya mereka akan dihujani batu dari langit.’855 Diriwayatkan dari jalur yang lain dari Ibnu Abbas.”856

Al-A’masy dan lainnya berkata dari Tsabit bin Ubaid dari Abi Ja’far al-Anshary, “Ketika Utsman bm Affan terbunuh aku mendatangi Ali yang sedang duduk di masjid dengan mengenakan serban hitam. Aku katakan kepadanya, ‘Utsman bin Affan ra. terbunuh.’ Ali berkata, ‘Celakalah mereka selamanya.’ Dalam riwayat lain, ‘Merugilah mereka’.”857

Abu Qasim al-Baghawy berkata, “Ali bin Ja’dan telah mangabarkan kepada kami, Syarik telah mangabarkan kepada kami dari Abdullah bin Isa dari Ibnu Abi Laila, ‘Aku mendengar Ali yang sedang berada di pintu masjid atau didekat Ahjar Zait berkata dengan suara lantang, ‘Ya Allah SWT. aku berlepas diri dari pembunuhan ‘Utsman’.”858

Abu Hilal berkata dari Qatadah dari al-Hasan, “Utsman terbunuh sementara Ali tidak berada di tempat. Ketika berita tersebut sampai kepadanya ia berkata, ‘Ya Allah SWT. aku tidak rela dan tidak pula berkomplot dengan mereka’.”859

Ats-Tsaury dan lainnya berkata dari Thawus dari Ibnu Abbas, “Ali berkata pada hari terbunuhnya Utsman, ‘Ya Allah SWT. aku tidak membunuhnya, tidak pula atas perintahku tapi aku dalam keadaan tidak berdaya’.”860

Diriwayatkan dari Ali ra. dengan berbagai konteks. Al-Hafizh al-Kabir Abu Qasim berusaha mengumpulkan semua jalur dan mencantumkan bahwa Ali berlepas diri dari darah Utsman, ia bersum-pah baik dalam khutbahnya maupun dalam kesempatan lain bahwa ia tidak membunuh Utsman, tidak menyuruhnya, tidak rela dan tidak pula terlibat dengan mereka. Ia telah melarang namun mereka tidak lagi mendengar ucapannya. Menurut kebanyakan para Imam hadits telah tercantum dari berbagai jalur yang memastikan bahwa Ali tidak terlibat.861

Dan tercantum pula dengan berbagai konteks bahwa ia berkata, “Aku mengharapkan bahwa antara aku dan Utsman sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah SWT. ‘Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.’ (Al-Hijr: 47).

Dan tertera juga dalam konteks yang lain ia berkata, “Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melaku-kan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesunggnhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Malta Penyayang.” (Al-Maidah: 39).

Dalam riwayat yang lain Ali berkata, “Utsman ra. adalah orang terbaik di antara kami, yang paling suka mempererat tali silaturahim, orang yang paling pemalu, yang paling baik cara bersucinya dan yang paling taqwa kepada AllahSWT.862

Ya’qub bin Sufyan meriwayatkan dari Sulaiman bin Harb dari Hamad bin Zaid dari Majalid dari Umair bin Rudzi Abi Katsir berkata, “Pada suatu hari Ali berkhutbah dan seorang Khaxuarij memotong khutbah tersebut. Lalu beliau turun dan berkata, ‘Sesungguhnya perumpamaan diriku dan Utsman adalah seperti tiga ekor sapi berwarna putih, hitam dan merah di tengah-tengah gerombolan singa. Setiap kali singa tersebut hendak memakan salah satu di antara ketiga sapi itu maka sapi yang lain akan mencegahnya. Singa tersebut berkata kepada si sapi hitam dan si sapi merah, ‘Sesungguhnya si putih membuat rombongan inijadi terlihat jelek.’Maka keduanya membiar-kan si sapi putih lantas singa itu pun memakannya. Ketika singa itu hendak memakan salah satu dari sapi tersebut maka sapi yang satu mencegahnya. Lalu singa tersebut berkata kepada si sapi merah, ‘Sesungguhnya si sapi hitam membuat rombongan ini jadi terlihat jelek dan warnaku seperti warnamu jika engkau biarkan dia aku akan memakannya.’ Maka si sapi merah membiarkan si sapi hitam dimakan singa.

Kemudian singa tersebut berkata kepada si sapi merah, ‘Sekarang aku hendak memakanmu.’ Sisapimerah berkata, ‘Sebelum kau makan biarkan aku berteriak tiga kali.’ Singa itu berkata, ‘Silahkan!’ Sapi merah itu berteriak, ‘Ketahuilah sesungguhnya aku telah dimakan pada hari dimakannya sapi putih.’ 3x.

Kemudian Ali berkata, ‘Sesungguhnya posisiku sangat lemah pada hari terbunuhnya ‘Utsman’.”863 Muhammad bin Saad berkata, “Abdullah bin Idris telah mangabarkan kepada kami, Isma’il bin Abi Khalid telah mangabarkan kepada kami dari Qais bin Hazim dari Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail berkata, ‘Aku melihat diriku dan istriku sebagai orang yang telah membawa Umar ra. masuk Islam. Jikalau seluruh qabilah menuntut balas atas apa yang telah kalian perbuat terhadap Utsman bin Affan ra. tentunya yang demikian itu adalah suatu kebe-naran.’ Demikianlah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya.”

Muhammad bin ‘ Aidz meriwayatkan dari Ismail bin ‘Iyasy dari Shofwan bin Amr dari Abdur Rahman bin Jubair berkata, “Abdullah bin Salam men-dengar seorang lelaki berkata, ‘Utsman bin Affan ra. terbunuh! Dan tidak ada dua ekor kambing saling menanduk.’ (Maksudnya tidak ada dua orang yang berselisih tentangnya). Abdullah bin Salam berkata, ‘Tentu saja sapi dan kambing tidak saling menanduk (yakni tidak saling berselisih), akan tetapi yang saling menanduk (yang saling berselisih) adalah orang-orang yang menghunus senjata. Demi Allah SWT. terbunuhnya Utsman akan menyebabkan suatu kaum dibunuh sementara mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah-ayah mereka dan belum lagi lahir’.”864

Muhammad bin Sirin berkata, “Aisyah ra. berkata, ‘Kalian telah men-cucinya sebagaimana kalian mencuci bejana kemudian baru kalian bunuh’.”865 Khalifah bin Khayyath berkata, “Abu Qutaibah telah mengatakan kepada kami, Yunus bin Abi Ishaq telah mengatakan kepada kami dari Aun bin Abdullah bin Utbah bahwa Aisyah berkata, ‘Aku marah kepada kalian karena cambuk dan aku tidak marah kepada Utsman karena pedang? Kalian mencelanya hingga menjadikannya seperti hati yang bersih kemudian kalian bunuh’.”

Abu Mu’awiyah berkata, dari al-‘Amasy, dari Khaitsamah, dari Masyruq berkata, ketika Utsman bin Affan ra. terbunuh Aisyah ra. berkata, ‘Kalian telah menjadikannya seperti kain yang bersih dari kotoran lalu kalian mendekatinya dan menyembelihnya seperti menyembelih kambing?’ Masyruq berkata kepadanya, ‘Ini karena perbuatanmu, karena engkau telah menulis surat kepada masyarakat agar mereka keluar menentangnya.’ ‘Aisyah ra. ra. berkata, Tidak demi Allah SWT. Yang aku dan yang orang mukmin beriman kepadaNya dan orang-orang kafir mengingkariNya, aku tidak pernah menulis hitam di atas putih hingga aku duduk.di majelis ini’.”866

Al-‘Amasy berkata, “Mereka mengira bahwa surat tersebut ditulis atas perintahnya.”867 Sanad ucapan ini shahih. Seperti ini dan yang semisalnya merupakan dalil yang jelas bahwa orang-orang Khawarij -semoga Allah SWT. menjelekkan mereka- telah mengirim-kan surat palsu ke seluruh penjuru dengan mengatas namakan para sahabat untuk memerangi Utsman bin Affan ra. sebagaimana keterangan yang lalu.

Adapun ucapan para tabi’in yang semakna terlalu banyak untuk dise-butkan. Di antaranya ucapan Abu Muslim al-Khaulany ketika dia melihat rombongan yang berpapasan dengannya lalu ia berkata, “Tidakkah kalian melintas di daerah Tsamud?” Mereka jawab, “Benar.” Ia berkata lagi, “Ketahuilah kalian seperti kaum Tsamud (yang telah menyembelih unta Nabi Shalih, pent.). Sungguh, khalifah Allah lebih mulia di sisi Allah SWT. daripada unta kaum Tsamud (unta Nabi Shalih ).”868

Ibnu ‘Ulayyah berkata dari Yunus bin ‘Ubaid dari al-Hasan berkata, “Jikalau pembunuhan Utsman adalah suatu kebenaran tentunya umat ini telah memetik kebaikan, tetapi karena yang mereka lakukan itu adalah suatu kesesatan maka yang mereka dapatkan adalah keburukan.”869

Abu Ja’far al-Baqir berkata, “Pembunuhan Utsman bin Affan ra. Tidak berdasarkan kebenaran.” Suatu ucapan yang menarik dari ucapan sebagian salaf ketika ditanya tentang Utsman, “Dia (Utsman) ketua orang-orang yang baik dan dia korban pembunuhan orang-orang yang jahat. Terlantarlah orang yang telah menelantarkannya dan menanglah orang yang telah menolongnya.”

Syaikh kami Abu Abdullah adz-Dzahaby menyebutkan di akhir bio-grafi Utsman, “Orang-orang yang telah membunuh dan mengepung beliau akhirnya terbunuh dan berpulang kepada ampunan Allah SWT. dan rahmatNya. Dan orang yang menghinakan beliau akhirnya dihinakan. Hidup mereka menderita. Kekuasaan setelah itu dipegang oleh Mu’awiyah dan anak ketu-runannya kemudian dipegang oleh wazirnya yang bernama Marwan dan delapan anak keturunannya. Beliau diberi umur panjang dan dapat bertahan lama di samping keutamaan dan kesenioran yang beliau miliki. Anak keturunan beliau dari bani Umayyah berkuasa atas mereka selama lebih kurang delapan puluh tahun. Keputusan dan ketentuan adalah milik Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”

19. BEBERAPA SYAIR DUKA CITA ATAS TERBUNUHNYA

UTSMAN

Mujalid meriwayatkan dari asy-Sya’bi, ia berkata, “Aku tidak mende-ngar ungkapan duka cita terhadap Utsman sebaik yang diucapkan oleh Ka’ab bin Malik: ‘Dia menahan tangannya ketnudian menutup pintu, Dan meyakini bahwa Allah tidaklah Mai.

Dia berkata kepada penghuni rumahnya, mereka jangan diserang, Semoga Allah memaafkan dosa orang yang tidak berperang. Bagaimana engkau melihat Allah mencurahkan terhadap mereka, Dendam kesumat dan angkara murka yang berkepanjangan. Bagaimana engkau melihat kebaikan datang setelahnya tercurah,

kepada manusia dan kenikmatan yang melimpah”870

Hasan bin Tsabit berkata,

“Apa yang kalian inginkan dari saudaraku seagama, Tangan Allah mencurahkan berkah di permukaan bumi yang ada di sana. Kalian telah membunuh wali Allah di dalam rumahnya, Kalian datang membawa kejahatan yang tiada mendapat petunjukNya

Mengapa kalian tidak menjaga perlindungan Allah di antara kalian,

Dan menepati janji Muhammad yang telah kalian ikrarkan Tidakkah di antara kalian wahai pembawa bala ada seorang yang menepati, Seorang yang paling menepati janji di hadapan setiap saksi Tidak bermanfaat keimanan kaum yang berjanji setia,

Untuk membunuh Utsman ar-Rasyid yang berada di atas kebenaran”

20.TAFSIR SIKAP SAHABAT DENGAN TIDAK MEMERANGI

PARA PEMBANGKANG TERHADAP UTSMAN BIN AFFAN RA.

Jika ada yang mengatakan, bagaimana Utsman dapat terbunuh padahal di sana terdapat banyak sahabat senior? Ada beberapa jawaban.

1)    Bahwa banyak di antara mereka bahkan hampir semua tidak me-nyangka bahwa mereka akan membunuhnya. Karena kelompok tersebut tidak bermaksud ingin membunuhnya, namun ingin menuntut tiga perkara: dia mengundurkan diri atau menyerahkan Marwan bin Hakam kepada mereka atau dia akan dibunuh.

2)    Para sahabat mengira bahwa ia akan menyerahkan Marwan atau melepaskan jabatan khalifah sehingga dapat terlepas dari keter-jepitan tersebut.

3)    Adapun pembunuhan tak seorang pun di antara mereka menyangka akan terjadi dan juga tidak menyangka mereka akan bertindak sejauh itu, sehingga terjadilah apa yang terjadi.

4)    Bahwa para sahabat telah melarang mereka dengan larangan yang keras. Namun setelah Utsman sangat terjepit, beliau memerintahkan agar masyarakat

menahan tangan mereka dan menyarungkan pedang, sehingga mereka dengan

leluasa dapat melaksanakan apa yang mereka inginkan. Tetapi tidak seorang pun yang menyangka mereka akan tega membunuhnya.

5)    Orang-orang Khawarij mengambil kesempatan ketika kebanyakan penduduk Madinah tidak berada di tempat pada musim haji dan tentara tidak datang untuk memberikan pertolongan, sehingga dengan demikian mereka -semoga Allah

SWT. menghinakan mereka- memperoleh kesempatan untuk mela-kukan tindakan yang sangat mengerikan tersebut.

6)    Rombongan kaum Khawarij tersebut mencapai dua ribu orang, mungkin penduduk Madinah tidak sebanyak bilangan ini. Sementara rombongan tersebut

terdiri dari orang-orang yang datang dari berbagai tempat. Kebanyakan para sahabat mengasingkan diri dari fitnah ini dan lebih banyak tinggal di rumah. Kalaupun mereka menghadiri masjid, mereka membawa pedang dan meletakkan di dekatnya

7)    jika sedang duduk. Orang-orang Khaiva-rij telah mengepung rumah Utsman dan

sudah tidak mungkin mereka menghalaunya. Namun para pembesar sahabat telah mengirim anak-anak mereka untuk membela Utsman. Masyarakat tidak dikejutkan kecuali di saat mereka telah menguasai rumah dan telah membakar pintu serta telah masuk melalui dinding hingga membunuh beliau.

8)    Adapun yang disebutkan sebagian orang bahwa beberapa orang sahabat menyerahkan beliau dan ridha atas pembunuhan tersebut adalah riwayat yang tidak sah. Tidak seorang pun dari kalangan sahabat yang ridha dengan terbunuhnya Utsman bin Affan ra. Bahkan mereka semua benci, marah dan mencela para pelakunya.

21. Pasal Tambahan DARI KITAB ASYSYARI’AH KARYA IMAM ABU BAKAR Al-AJURRI (WAFAT 360 H)871 SEBAB TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN RA.

Muhammad bin Husain berkata, “Jika ada yang mengatakan, ‘Engkau telah menyebutkan dari Nabi saw. tentang fitnah yang akan terjadi setelah beliau wafat, kemudian beliau juga menyebutkan tentang Utsman bin Affan ra., ikutilah dia dan sahabat-sahabatnya! Karena pada waktu itu dia berada di dalam kebenaran. Coba sebutkan siapa yang dimaksud dengan sahabat-sahabatnya tersebut?’

Katakanlah, ‘Mereka adalah sahabat Rasulullah saw. yang telah mendapat persaksian beliau menjadi penghuni surga dan sifat-sifat mereka telah dise-butkan di dalam Taurat dan Injil. Barangsiapa mencintainya maka ia akan sejahtera dan yang membencinya akan sengsara. Jika ia bertanya, ‘Sebutkan nama-nama mereka!’ Katakanlah, ‘Mereka adalah Ali binAbi Thalib, Thalhah, az-Zubair, Saad, Said dan semua sahabat yang hidup pada waktu itu berada di atas kebenaran sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah saw. Mereka semua mengingkari pembunuhan tersebut dan menganggap bahwa suatu perkara yang sangat keji telah menimpa Utsman , mereka juga mengatakan bahwa pembunuhnya adalah penduduk neraka. Jika ia bertanya, ‘Siapa yang telah membunuh Utsman?’

Katakanlah, ‘Sekelompok orang -semoga Allah SWT. menyengsarakan merekayang memendam dendam kesumat terhadap beliau dan menginginkan tersebarnya fitnah agar umat Muhammad saw. terjerumus dalam kedengkian karena kesengsaraan yang mereka alami di dunia dan di akhirat mereka akan memperoleh adzab yang lebih besar.’ Jika ia bertanya, ‘Bagaimana muncul kesepakatan mereka untuk membunuh Utsman bin Affan ra.?’

Katakan kepadanya, ‘Yang demikian itu muncul dari seorang yang disebut Ibnu Sauda’ atau yang dikenal dengan Abdullah bin Saba’ –semoga Allah SWT. melaknatnya- ia berpura-pura masuk Islam dan tinggal di Madinah sehingga muncul

kedengkian terhadap Nabi saw. sahabat-sahabat beliau dan agama Islam. Ia menyusup ke tengah kaum muslimin sebagaimana menyusupnya raja Yahudi Paulus bin Syaul ke dalam agama Nasrani hingga ia dapat menyesatkan dan memecah belah mereka menjadi berbagai kelompok. Setelah bala’ dan kekufuran tersebut menimpa mereka, ia pun pergi meninggalkan mereka. Kisahnya amat panjang dan akhirnya mereka kembali memeluk agama Yahudi.

Demikian juga halnya dengan Abdullah bin Saba’. Ia berpura-pura masuk Islam

dan melakukan amar ma’ruf dan melarang kemungkaran sehingga ia mempunyai banyak murid di berbagai tempat. Lalu mulailah ia mencela sebagian gubernur lantas mencela Utsman bin Affan ra. dan Abu Bakar ra lantas berpura-pura mencintai Ali binAbi Thalib ra. Allah SWT. telah melindungi Ali binAbi Thalib ra. Dan keturanannya dari madzhab yang dianut oleh Abdullah bin Saba’ serta pengikutnya, as-Saba’iyah. Tatkala fitnah Ibnu Saba’ dan pengikutnya mulai berkuku, ia pindah ke Kufah sehingga ia banyak mendapatkan pengikut di sana. Kemudian ia pindah kembali ke Bashrah dan mendapatkan pengikut di sana, begitu juga di Mesir, mereka semua berada di dalam kesesatan.

Kemudian mereka membuat suatu kesepakatan disuatu tempat tentang sebuah perkara yaitu mereka semua sepakat pergi ke Madinah untuk membuat fitnah di tengah penduduknya. Kesepakatan tersebut mereka laksanakan sehingga mereka membunuh Utsman bin Affan ra. dan penduduk Madinah tidak menyangka sedikit pun kalau mereka akan bertindak seperti itu.

Jika ia bertanya, ‘Mengapa para sahabat Rasulullah saw. tidak memerangi mereka untuk membela Utsman bin Affan ra.? Katakan kepadanya, bahwa Utsman bin Affan ra. dan para sahabatnya tidak mengetahui hingga hal tersebut terjadi. Di Madinah sendiri tidak terdapat pasukan yang dipersiapkan untuk berperang. Ketika hal itu terjadi, para sahabat berusaha untuk menolong dan membelanya, namun mereka tidak mampu. Mereka pernah menawarkan pembelaan walau dengan mengorbankan jiwa, namun Utsman bin Affan ra. enggan menerimanya dan berkata, ‘Kalian bebas dari bai’atku dan sulit untuk membelaku. Aku mengharap akan menjumpai Allah SWT. dalam keadaan selamat dan terzhalimi.’

Ali bin Abi Thalib ra., Thalhah ra, az-Zubair ra dan banyak dari kalangan sahabat yang memberikan komentar sangat keras dan tajam terhadap mereka. Setelah merasa bahwa para sahabat mengingkari tindakan mereka tersebut maka masing-masing kelompok menunjukkan sikap bahwa mereka mencintai para sahabat. Sekelompok menetap di pintu rumah Ali bin Abi Thalib ra. dan mengelukan bahwa mereka mencintai beliau. Allah SWT. membersihkan beliau dari perbuatan mereka. Mereka menghalangi beliau untuk keluar rumah. Sekelompok lagi menetap di pintu rumah Thalhah dan mengelukan bahwa mereka mencintai beliau. Allah SWT. Telah membersihkan beliau dari perbuatan mereka. Sekelompok lagi menetap di pintu rumah az-Zubair ra. dan mengelukan bahwa mereka mencintai beliau. Allah SWT. telah membersih-kan beliau dari perbuatan mereka. Sebenarnya mereka ingin mengalihkan perhatian para sahabat dari menolong Utsman dan membuat satu kamuflase agar penduduk Madinah tidak mencium rencana mereka yang telah ditaqdirkan Allah SWT. bahwa Utsman bin Affan ra. akan terbunuh secara zhalim sehingga terjadilah suatu peristiwa yang tidak sanggup dicegah oleh para sahabat.

Begitu pun para sahabat telah menawarkan diri mereka kepada Utsman ra. agar

beliau mengizinkan mereka untuk membelanya walaupun bilangan mereka sangat sedikit. Namun beliau enggan memberikan izin. Jika beliau mengizinkan para sahabat, tentunya mereka telah memerangi para pemberontak tersebut.”

Al-Abbas bin Ahmad al-Khataly yang dikenal dengan Ibnu Abu Syah-mah telah mengatakan kepada kami, “Dahsyam bin al-Fadhl Abu Said Ar-Rumaly telah mengatakan kepada kami, al-Muawwil bin Isma’il telah mengatakan kepada kami, Hammad bin Zaid telah mengatakan kepada kami dari Ayub, Hisyam dan Muhammad bin Sirin, mereka berkata, ‘Pada waktu itu kaum Muhajirin dan Anshar berada di rumah beliau bersama anak-anak mereka, di antaranya Abdullah bin Umar ra., al-Hasan, al-Husain, Abdullah bin az-Zubair, Muhammad bin Thalhah dan satu orang saja dari mereka lebih baik dari pada in! dan itu. Mereka berkata, ‘Ya Amirul Mukminin biarkan kami menghalau mereka.1 Utsman menjawab, ‘Aku tegaskan kepada kalian semua bahwa jangan ada setetes pun darah yang tertumpah karena membelaku dan aku berkeberatan jika ada di antara kalian yang membelaku’.”

Jika ia berkata, “Mereka telah mengetahui bahwa Utsman adalah seorang yang

dizhalimi dan pemberontak telah mengancam akan membunuhnya, seharusnya mereka memerangi pemberontak tersebut walaupun Utsman melarangnya.” Jawabnya, “Engkau telah mengucapkan suatu ucapan yang tidak baik karena engkau mengucapkannya secara umum.” Jika ia katakan, “Mengapa?” Jawabnya, “Karena para sahabat adalah orang-orang yang taat. Allah SWT. telah memberikan kepada mereka taufiq untuk berkata dan berbuat sesuai dengan kebenaran. Mereka telah melakukan apa yang diwajibkan terhadap mereka yaitu mengingkari dengan hati, lisan dan telah melakukan pertolongan sesuai dengan kemampuan mereka. Tatkala Utsman bin Affan ra. melarang mereka untuk membelanya, mereka mengetahui bahwa mereka wajib untuk mendengar dan mentaati perintah tersebut serta mereka tidak punya alasan untuk menentang perintah tersebut. Dan kebenaran ada pada mereka sebagaimana pendapat Utsman bin Affan ra..”

Jika ia bertanya, “Mengapa Utsman melarang mereka, padahal ia tahu bahwa posisinya sebagai orang yang terzhalimi dan ia juga mengetahui bahwa memerangi pemberontak termasuk melarang kemungkaran serta menegak-kan kebenaran.”

Katakan kepadanya, “Ini juga termasuk keteledoranmu.” Jika ia bertanya, “Mengapa?”

Katakan kepadanya, “Utsman melarang para sahabat untuk membe-lanya karena beberapa alasan yang terpuji: Karena ia telah mengetahui dari sabda Rasulullah saw. bahwa ia akan terbunuh secara zhalim dan Rasulullah saw. memerintahkannya agar bersabar.

Ketika para pemberontak mengepung rumahnya maka ia yakin bahwa ia akan terbunuh. Karena apa yang dikatakan Rasulullah saw. pasti akan menjadi kenyataan.

Kemudian ia telah berjanji untuk bersikap sabar maka ia pun menepati apa yang telah

ia janjikan. Jika ia meminta bantuan untuk menolongnya berarti bertentangan dengan

sikap sabar yang telah ia tekadkan.

Utsman mengetahui bahwa pada waktu itu jumlah para sahabat sangat sedikit dan kelompok yang ingin membunuhnya berjumlah lebih banyak. Jika ia mengizinkan mereka untuk memerangi pemberontak tersebut tentunya banyaklah para sahabat yang akan menjadi korban. Oleh karena itu ia membiarkan dirinya menjadi korban untuk menyelamatkan sahabat yang lain. Ia adalah pemimpin dan pemimpin wajib melindungi rakyatnya dengan segenap kemampuan. Di samping itu ia telah mengetahui bahwa ia akan terbunuh sehingga ia dapat menyelamatkan mereka semua.

Utsman mengetahui bahwa ini adalah sebuah fitnah. Dan jika fitnah telah mengarah kepada penghunusan pedang maka tidak ada jaminan bahwa orang-orang yang tidak berdosa tidak menjadi korban. Utsman tidak meme-rintahkan sahabatsahabatnya untuk menghunus pedang dalam fitnah ini. Ini juga merupakan tanda kasih sayang Utsman kepada para sahabatnya. Memang benar, dalam fitnah ini harta terampas dan kehormatan telah dirobek tetapi dengan begitu Utsman melindungi semua para sahabatnya.

Utsman memilih untuk bersabar dan tidak meminta pertolongan agar para sahabatnya menjadi saksi atas kezhaliman, penentangan terhadap perintahnya dan penumpahan darahnya dengan tanpa alasan yang benar. Karena orang-orang mukmin adalah saksi atas apa yang terjadi di atas bumi, tetapi ia tidak suka darah kaum muslimin lainnya tertumpah karena dirinya dan tidak menggantikan Rasulullah saw. memimpin umatnya dengan menumpahkan darah seorang muslim. Demikianlah beliau katakan. Utsman melakukannya karena udzur dan beliau berada di atas kebenaran. Para sahabat juga dalam keadaan berudzur dan pembunuhnya berada dalam keseng-saraan.

22. TESIS UNTUK MENGAMBIL GELAR MASTER YANG DIAJUKAN KE JAMI’AH AL-ISLAMIYAH, BAGIAN TARIKH DAN SEJARAH OLEH MUHAMMAD BIN ABDULLAH AL-GHABAN DENGAN JUDUL: ”FITNAH TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN RA.”

Sesungguhnya faedah terpenting yang saya dapatkan ketika menyusun pembahasan ini adalah:

1)    Hadits shahih dari Rasulullah saw. bahwa akan terjadi fitnah yang menyebabkan terbunuhnya Utsman bin Affan ra. dan mengajak kaum mus-limin agar berpihak kepada Utsman ketika fitnah tersebut terjadi. Beliau juga menerangkan waktu kejadian tersebut dan menerangkan bahwa Utsman dan para sahabatnya berada di atas kebenaran dan hidayah.

2)    Rasulullah saw. telah mengisyaratkan bahwa fitnah tersebut sangat besar sehingga beliau menyebutkannya bersama peristiwa wafatnya diri beliau dan fitnah Dajjal. Barangsiapa selamat dari fitnah tersebut maka sentosalah ia. Beliau bersaksi bahwa pada waktu itu Utsman bin Affan ra. berada di atas kebenaran, sabar terhadap kematian yang merenggut nyawanya dan beliau bersaksi bahwa Utsman adalah seorang yang mati syahid lalu akan berpindah ke surga dan kekal di dalamnya.

3)    Rasulullah saw. telah mengabarkan kepada Utsman bin Affan ra. Bahwa fitnah tersebut akan terjadi dan ia akan diminta agar mengundurkan diri dari jabatan kekhalifahan. Kemudian Rasulullah saw. memerintahkan agar ia jangan memenuhi permintaan tersebut.

4)    Nabi saw. menerangkan betapa besarnya fitnah ini, barangsiapa selamat dari fitnah tersebut maka ia akan sentosa, baik orang-orang yang hidup pada waktu terjadinya fitnah tersebut maupun orang-orang yang hidup setelahnya. Adapun

keselamatan bagi orang-orang yang hidup setelah fitnah tersebut adalah dengan tidak mendalami cerita tersebut dengan cara yang batil.

5)    Adapun beberapa aib Utsman yang dinukil oleh beberapa buku, diantaranya ada berita yang sanadnya shahih dari para pemberontak dan ada juga yang tidak shahih serta ada yang sudah masyhur, namun aku tidak mengetahui sanadnya. Aibaib Utsman terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, aib yang pada hakikatnya

merupakan keistimewaan beliau, kedua, kedustaan terhadap beliau dan ketiga,

merupakan hasil ijtihad beliau yang mendapat pahala.

6)    Sesungguhnya sosok Ibnu Saba1 adalah sosok yang hakiki yang terdapat dalam riwayat-riwayat shahih yang tidak hanya diriwayatkan oleh Saif bin Umar at-Tamimy, bahkan yang lain juga meriwayatkannya dengan sanad yang shahih dan dha’if (lemah).

7)    Wajib menghindar dari perbincangan terhadap sikap Utsman terhadap fitnah tersebut. Karena Nabi saw. telah memberinya petunjuk-petunjuk untuk menyikapi fitnah itu. Adapun berita yang sampai kepada kita hanya sedikit sekali. Aqidah salaf di dalam menyikapi perselisihan yang terjadi dikalangan para sahabat ialah tidak memperbincangkannya kecuali jika muncul ahlu bid’ah yang mencela mereka maka ketika itu wajib untuk membela mereka dengan kebenaran dan keadilan.

8)    Bahwa Allah SWT. tidak akan ridha terhadap seorang hamba kecuali Dia telah mengetahui bahwa hamba tersebut akan melaksanakan apa yang telah Dia ridhai. Sahabat telah mendapat keridhaan dari Allah SWT.. Jika mereka wafat, maka wafat di dalam kebaikan. Dan inilah yang terjadi.

9)    Bahwa Utsman bin Affan ra. telah berusaha dengan segenap ke-mampuan untuk meredakan fitnah tersebut sejak para pemberontak datang, hingga beliau membukakan pintu dan masuklah si pembunuh lantas mem-bunuhnya.

10) Bahwa para sahabat telah berusaha membela Utsman pada hari dikepungnya rumah beliau, hanya saja beliau melarang mereka dengan la-rangan yang sangat keras sehingga mereka tidak dapat membela beliau, karena beliau adalah pemimpin mereka yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan perintahnya.

11) Para pemberontak tidak memerangi Utsman kecuali setelah melihat bahwa para sahabat sudah putus asa untuk mendapatkan izin membela beliau.

12) Sebab-sebab yang menjadi alasan Utsman untuk tidak memerangi para pemberontak ialah:

a)la mengetahui bahwa fitnah akan reda setelah ia terbunuh sebagaimana yang telah diberitakan Rasulullah saw. kepadanya.

(b)Ia tidak menginginkan bahwa ia menjadi orang pertama setelah Rasulullah saw.wafat yang menumpahkan darah umatnya.

(c) Perkiraannya bahwa pemberontak tersebut hanya menginginkan dirinya. Jadi ia berfikir untuk menyelamatkan kaum mukminin dengan mengorbankan dirinya.

(d) Melaksanakan hasil musyawarah beliau dengan Abdullah bin Salam agar ia mencegah tejadinya peperangan.

(e) Tidak terjadi peperangan yang sengit di dalam rumah Utsman. Tetapi yang terjadi hanyalah kekacauan ringan yang menyebabkan terlu-kanya al-Hasan bin Ali. Dan ia bawa keluar dari dalam rumah tersebut.

13) Bahwa di akhir hayatnya Utsman bin Affan ra. bermimpi melihat Rasulullah saw. beserta Abu Bakar ra dan Umar ra. seraya bersabda, “Ya Utsman berbukalah bersama kami.” Maka pada pagi harinya Utsman berpuasa dan memerintahkan seluruh yang ada di dalam rumah agar keluar lalu ia meletakkan mushaf di hadapannya lantas menyuruh untuk membuka pintu dan mulai membaca al-Qur’an.

14)  Maka masuklah seorang berkulit hitam dari Mesir yang bergelar Jabalah karena warna tubuhnya yang hitam, boleh jadi orang tersebut adalah Abdullah bin Saba’ si yahudi.

15) Tidak ada seorang sahabat pun yang ikut andil dalam menentang Utsman bin Affan ra. apalagi membunuhnya. Adapun riwayat yang menunjukkan bahwa mereka ikut andil dalam peristiwa itu, sanadnya lemah.

16) Adapun riwayat-riwayat Muhammad bin Umar al-Waqidi tentang fitnah terbunuhnya Utsman bin Affan ra. terdapat banyak kebohongan yang menyelisihi

riwayat-riwayat yang shahih dan banyak memutarbalikkan fakta tentang kasus fitnah tersebut, seolah-olah para sahabat telah mengambil sikap yang salah dan

kelihatannya riwayat tersebut terpengaruh oleh pemahaman syi’ah.

17) Bahwa riwayat-riwayat Saif bin Umar at-Tamimy tentang fitnah terbunuhnya Utsman bin Affan ra., merupakan kumpulan dari berbagai riwayat yang sanadnya dihapus oleh Saif. Kemudian ia meriwayatkannya dari beberapa jalur dari guru-gurunya dengan sanad yang terkadang bersambung kepada empat orang syaikh. Namun semua riwayat ini tidak terlepas dari celaan terhadap para sahabat serta menuduh mereka dengan suatu yang tidak pernah mereka lakukan. Dan terkadang ada riwayat adil yang menunjukkan sikap yang benar dari para sahabat.

781 Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/340 dan sesudahnya

782 Ini adalah pernyataan yang dilontarkan oleh provokator untuk mempengaruhi orang banyak. Pada masa pemerintahan

Utsman jumlah gubernur mencapai sekitar empat puluh orang (lihat para gubernur yang menjabat di daerah Mesir pada masa

Khulafa’ Rasyidin oleh Dr. Abdul Aziz al-Umary. Pasal ke tiga). Yang ada hubungan famili hanya berjumlah lima orang yakni

sekitar 12,5 % adapun yang 87,5% lain tidak mempunyai hubungan famili dengan beliau. Beliau juga memecat sebagian

familinya sebagaimana memecat yang lainnya.

783 Penulis {al-Bidayah wan Nihayah) setelah itu menyebutkan dalam7/168-170, beberapa riwayat dari al-Waqidi dan Saif bin

Umaryang di dalamnya terdapat keganjilan.

Aku katakan, “Peranan Abdullah bin Saba’ dalam mengobarkan fitnah sangatjelas sekali. Banyak sekali nash-nash yang

menyebutkan tentang hal tersebut dan tentunya bukan hanya ia sendiri, namun ia termasuk salah seorang gembong yang menyulut

api fitnah dan juga aktif dalam menghasut jama’ah-jama’ah dan kelompok-kelompok untuk menentang dan berusaha merusak

syariat Islam serta memecah belah persatuan umat Islam. Mereka adalah orang-orang Yahudi, Nasrani, majusi dan orang-orang

munafik yang berpura-pura masuk Islam dan terus aktif mengobarkan fitnah dan menyulut permusuhan di kalangan kaum

muslimin. Tidak hanya Saif bin Umar saja yang menyebutkan Abdullah bin Saba’, bahkan banyak para ahli sejarah dan perawi

menyebutkan nama tersebut. Lihat rinciannya dalam hasil pembahasan Sulaiman al-‘Audah: Abdullah bin Saba’ dan peranannya

di dalam menyulut api fitnah pada awal perkembangan Islam, 53, 104. Fitnah setelah terbunuhnya Utsman bin Affan ra. oleh

Muhammad Abdullah al-Ghaban pada bagian sembilah dari babtambahan. Terbunuhnya Utsman bin Affan ra. *5e dan

peperangan jamal oleh Khalid Muhammad al-Ghaist, 75-86, 25-230.

784 Pada kitab asalnya tertulis Sa’id bin Amr. Ini merupakan kesalahan. Sebab Sa’id bin al-‘Ash adalah gubernur Kufah yang

diangkat oleh Utsman bin Affan ra. -4a dan telah tersiar khabar tentang perselisihan mereka dalam senat kegubernuran. Tarikh

al-Madlnah oleh Ibnu Syaibah, 3/1141, ath-Thabari dalam Tarikh, 4/314 dari jalur Saif bin Umar, 3/323 dari jalur al-Waqidi.

785 Tarikh ath-Thabari, 4/320.

786 Tarikh ath-Thabari, 4/320-325.

787 pada Tarikh ath-Thabari dari riwayat al-Waqidi, 4/325 hanya menyebutkan enam nama saja, tidak menyebutkan ‘Alqamah

bin Qais dan sha’sha’ digantikan dengan saudaranay Zaid bin Shuhan.

788 Kemudian menjasi gubernur di daerah Himsh.

789 Tarikh ath-Thabari, 4/322-326.

790 Jalan yang memisahkan antara kaum muslimin dan orang Romawi yang merupakan tempat berjihad. Yang diisyaratkan oleh

penulis adalah riwayat dari al-Waqidi (Ath-Thabari, 4/325).

791 Tarikh ath-Thabari, 4/326

792 Kebanyakkan gubernur yang diangkat Utsman bin Affan ra. adalah para sahabat, adapun yang dipecat hanya sebagian kecil

saja karena alasan yang benar. Dan sebagian lagi karena permintaan rakyat setempat. Sebelumnya Umar ra. juga pernah

memecat Saad bin Abi Waqqash karena permintaan penduduk setempat. Kemudian ia meminta udzur bahwa ia memecat

Saad bin Abi Waqqash bukan karena suatu kelemahan atau suatu pengkhianatan yang dilakukannya, tetapi dikarenakan

permintaan dari masyarakat setempat. Harapannya agar penduduk tersebut menjadi baik dan tidak punya alasan lain, lalu ia

dimasukkan Umar ra. ke dalam dewan syura untuk pemilihan khalifah.

793 Ath-Thabari dalam Tarikh, 4/333-332 dari jalur yang lemah tetapi dalam Shahih Muslim diisyaratkan bahwa mereka

melarang Sa’id bin al-‘Ash masuk ke Kufah setelah ia kembali dari Madinah pada hari Jar’ah, 4/2219, hal. 2793.

794 Penulis mencantumkan ucapan yang disandarkan kepada Amr bin al-‘Ash. Lihat al-Bidayah wan Nihayah, 7/167, aku melihat

bahwa ucapan tersebut mengandung lafazh-lafazh yang mungkar dan tidak bersambung. Adapun yang diriwayatkan oleh ath-

Thabari didalamnya terdapat perawi yang tidak diketahui siapa dia.

795 Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tarikhnya (4/335,342).

796 Ibrtu Jarir ath-Thabari dalam Tarikhnya (4/336).

797 Keterangan tambahan yang tidak terdapat pada asal kitab

798 Riwayat Ibnu Abi Dawud mengisyaratkan dalam penulisan mushaf (36) bahwa Utsman memerintahkan Ali untuk menemui

delegasi dari mesir tersebut di tempat yang bernama Juhfah, tetapi riwayat ini lemari karena di dalam sanadnya terdapat Utsman

bin Hisyam bin Dulham majhul. Yang benar adalah ketika orang-orang mesir tersebut sudah mendekati Madinah dan

mengetahui bahwa Utsman berada di luar kota Madinah yakni di kampungnya, mereka datang menemui beliau dan mendebatnya

dalam beberapa permasalahan lalu Utsman menjawabnya, sehingga mereka kembali dan puas dengan jawaban tersebut.

Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dala Mushannif, 15/25 dengan sanad yang shahih. Lihat buku Fitnah Maqtal Utsman, 123-

125.

799 Juhfah adalah sebuah kota tempat miqat penduduk Mesir dan Syam dan penduduk yang ada sejajar dengan tempat mereka.

letaknya sekitar 22 km dari Kota Rabigh (lihat Mu’jam al-Buldan, 2/111, Ma’alim Jighrafiyah fisirah karya ‘Atiq bin Ghaits al-

Balady hal 80) ini merupakan riwayat yang lemah sebagaimana yang tercantum dalam catatan kaki yang lalu. Yang benar

bahwa orang-orang yang dari Mesir menemui Utsman disebuah kampung yang terletak diluar kota Madinah untuk menga-dakan

pembicaraan tersebut dan Utsman memberikan kepada mereka penjelasan dan menerangkan kasus sebenarnya yang memuaskan

hati mereka.(lihat kitab Fitnah maqtal Utsman thesis Muhammad Abdullah al-Ghabban hal. 125).

800 Lihat kembali penjelasan tentang sebab beliau menyempurnakan shalat di Mina pada kejadian yang terjadi pada tahun 29

Hijriyah pada Pasal yang ke III.

801 Pada 7/171-173 penulis menyebutkan perkataan panjang yang sulit untuk diterima karena terdapat lafazh-lafazh yang

mungkar, Syazh dan mukhalafah.

802 Pemalsuan surat dengan mengatasnamakan para sahabat merupakan salah satu cara untuk membangkitkan gelombang

pemberontakan terhadap khalifah. Yang demikian itu tertera dalam sanad-sanad yang shahih sebagaimana yang tertera dalam

buku Tarikh Khalifah (169, 176). Mereka juga membangkang terhadap para gubemur di seluruh wilayah serta membesarbesarkan

setiap kesalahan lalu menyiarkannya ke tengah masyarakat dengan uslub yang berbeda. Begitu juga dengan

memperbanyak pengaduan kepada Khalifah tentang ulah gubernur mereka dan memintanya untuk memecat dan mengganti

gubernur tersebut.

803 Sebuah lembah yang berjarak sekitar satu malam perjalanan dari kota Madinah (Yaqut, Mu’jam al-Buldan, 2/372).

804 Suatu tempat yang berjarak beberapa mil dari Kota Madinah, letaknya di sebelah timur laut Madinah. pada tempat ini

terdapat Bandara Kota Madinah (Yaqut, Mu’jam al-Buldan, 2/223 dan Mu’jam Ma’alim Jughrafiyah).

805 Sebuah perkampungan masyhur yang berjarak sekitar 300 kemudian dari Kota Madinah (Yaqut, Mu’jam al-Buldan, 5/116

dan al-Balawy 290)

806 Tentang hal tersebut ath-Thabari menyebutkan dalam Tarikhnys, 4/348-350 dari jalur Saif bin Umarseorang guru-gurunya

yang tertera laknat para sahabat terhadap kelompok tersebut. Mereka berdalil dengan hadits yang dikeluarkan oleh al-Bukhari

dalam Shahihnya (4/97- Fathul Ban) dari hadits Anas <$& bahwa Nabi saw. bersabda, “Tanah Haram Madinah batasnya dari

sini ke sana. Tumbuhannya tidak boleh dipotong, tidak boleh berbuat jahat, jika ada yang berbuat jahat maka pelakuknya akan

dilaknat Allah SWT., Malaikat dan semua manusia.

807 Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/350.

808 Tentang surat palsu Khalifah bin Khayyat dalam Tarikhnya (169) mengeluarkan satu riwayat dengan sanad yang perawinya

tsiqah. Dari kisah tersebut kerlihatan bahwa yang membuat surat palsu tersebut adalah para pemberontak itu sendiri, seperti

Ibnu Saba’ atau salah seorang temannya. Karena orang lain seperti Marwan -yang tertuduh memalsukan- tidak mempunyai

kepentingan apapun. Pemalsuan surat tersebut -sebagaimana yang kita ketahui- merupakan salah satu cara pemberontakkan

dan usaha agar orang-orang lain terlibat di dalamnya hingga tercapai apa yang mereka inginkan.

809 Ia adalah seorang sahabat yang bernama Amr bin Sufyan dikenal dengan kuniyah. Biografinya tertera dalam kitab al-

Ishabah (4/164).

810 Tarikh ath-Thabari(4/367). Sanadnya lemah karena mursaldan ‘an-‘anah.

811 Tarikh ath-Thabari(4/367) dengan sanad yang lemah dan matannya mungkar.

812 1 ini merupakan riwayat Saif bin Yusuf sebagaimana yang dikeluarkan oleh ath-Thabari dalam Tarikh, 4/353 juga dikuatkan

oleh riwayat ath-Thabari yang lain (4/367). Bahwa Jahjah al-Ghiffary mengambil tongkat dari tangan Utsman lalu

mematahkannya dengan memukulkan ke lutut beliau lalu membuangnya di tempat tersebut. Sanadnya shahih.

813 Ibnu Jarir tidak menyebutkan Thalhah sebagai salah seorang yang mengimami shalat ketika Utsman terkepung, beliau hanya

menyebutkan satu riwayat dari al-Waqidi (4/324) yaitu yang disebutkan penulis. Pada 4/354 beliau menyebutkan bahwa yang

mengimami shalat adalah pimpinan pemberontak al-Ghafiqy. Riwayat ini dari jalur Saif bin Umar.

814 Kabar ini bertentangan dengan apa yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab Shalat pada Bab Imam maftun dan

mubtac//[2/188-Fatfiu/ Ban) di antara pertanyaan Ubaidillah bin Ady bin al-Khiyar yang diajukan kepada Utsman bin Affan ra.

■4a ketika beliau dikepung, “Anda adalah imam masyarakat dan anda telah melihat sendiri apa yang telah terjadi pada diri

anda, pemimpin fitnah telah mengimami shalat dan kami merasa kesulitan.” Utsman berkata kepadanya, “Mengerjakan shalat

adalah pekerjaan yang terbaik untuk dilaksanakan…” hadits. Jika salah seorang sahabat memimpin mereka shalat tentunya

Ubaidillah bin Ady tidak menamakannya pemimpin fitnah. Jadi yang mengimami shalat ketika Utsman dikepung

dan dilarang keluar rumah, adalah salah seorang dari pemberontak tersebut. Dalam riwayat Saif bin Umar disebutkan bahwa

namanya adalah al-Ghafiqy bin Harb.

815 Al-Musnad tahqiq Ahmad Syakir, 1/380 no 511 Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.”

816 Sunan An-Nasa’i dalam Kitab al-Ahbas, 6/234.

817 Al-Musnad, 1/63 Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.” Sunan At-Tirmidzi pada Bab Hukuman untuk orang yang

murtad, 7/103. Pada asalnya sanad tersebut adalah Ishaq bin Sulaiman bin Muslim telah mengatakan kepada kami dan ia berkata,

“Maslamah telah mangabarkan kepada kami dan ia berkata dari Mutharrif… sanad ini merupakan sanad yang keliru dan yang

shahih adalah sebagaimana yang tertera dalam al-Musnad.

818 Al-Balath adalah lapangan yang terletak antara Masjid Nabawi dan rumah Utsman bin Affan ra. <$b.

819 Al-Musnad, 1/65. Ahmad Syakir, 468, berkata, “Sanadnya shahih.”

820 Sunan an-Nasa’ipada Bab Sesuatu yang menghalalkan darah seseorang, 7/92

821 Al-Miusnad, 1/59, Ahmad Syakir, 420, berkata,” Sanadnya shahih.”

822 Sunan an-Nasa’idalam Kitab al-Ahbas, 6/236.

823 Al-Musnad, 6/52. Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.”(hal 407). Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam Sunamya,

pendahuluan, hal. 113 dari hadits Qais bin Abi Hazm dari ‘Aisyah ra.. Berkata di kitab Zawaid, “Sanadnya shahih dan para

perawi tsiqah.” Ibnu Hibban mengeluarkan dalam Shahifrnya sebagaimana dalam Mawaridazh-Zham’an (540), (2287) dari

hadits Qais dari ‘Aisyah ra.. Ibnu Saad mengeluarkannya dalam ath-ThabaqhatuI kubra (3/66). Dari hadits Qais bin Abi Hazm

dari Sahlah dengan hadits mursal.

824 Pada riwayat ini terdapat Ibnu Luhai’ah yang ketsiqahannya diperselisihkan. Ibnu Hajar berkata dalam at-Taqrib (319):

“Shaduq Ikhthalatha.” Dan Yazid bin Amr al-Mu’afiri shaduq {at-Taqrib 604). Abu Tsaur al-Fahamy -bukan al-Qaimy

sebagaimana yang tertera dalam kitab asal- Ibnu Hatim menyebutkan biografinya dalam kitab al-Jarh wat Ta’dil(9/351) dan

berkata, “Penduduk Mesir pernah mendengar dari Rasulullah saw. .” Abu Zur’ah berkata, “la seorang sahabat” Ya’qub bin

Sufyan menyebutkan dalam Tsiqat at-Tabi’in dari penduduk Mesir {al-Ma’rifatu wat-Tarikh 2/487).

825 ” Al-Ma’rifatu wat-Tarikh (2/388) yang keliru dalam mencetak sanad tersebut dalam buku al-Bidayah wan Nihayahyakni

Yahya bin Abdullah bin Bukair tertulis abdullah bin Abi Bukair.

871 jilid ke lima, 1978-1983. Tahqiq Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaijy.

870 Ibnu Asakir dalam Tarikh dimasyq, 11/433.

826 Ini merupakan pendapat mayoritas Ahli sejarah, namun yang mempunyai sanad shahih dan sesuai dengan hitungan falak,

bahwa Utsman terbunuh pada hari Jumat tanggal 12 Dzul Hijjah. Ath-Thabaqat al-Kubra (3/79), Mushannaflbnu Syaibah,

15/230. Musnad Imam Ahmad, 2/10 tahqiq Ahmad Syakir dan ia menshahihkannya. Lihat keterangan tambahan tentang

terbunuhnya Utsman oleh Dr. Muhammad Abdullah al-Ghaban (189 dan seterusnya).

827 Lihat Thabaqat Ibnu Saad, 3/70-71 dengan sanad-sanand yang shahih.

828 Lihat Thabaqat Ibnu Saad, 3/70 dengan sanad-sanand yang shahih.

829 Najdah bin Amir al-Hanafi salah seorang pemimpin Khawarij al-Harury, ia memberontak setelah meninggalnya Yazid bin

Mu’awiyah dan mendatangi Ibn az-Zubair di Makkah. Ia berwukuf dengan teman-temannya secara terpisah pada hari arafah.

Pada saat itu manusia merasa sangat khawatir akan terjadinya perang pada musim haji, namun Allah SWT. Maha Penyelamat

(Tarikh ath-Thabari, 6/138-139. Tarikh Islam, 3/260. LisanulMizan, 6/148. Lihat Nasab Qurasykarya az-Zubairi, 102.

830 Pada buku asli tertulis “ad-Dary”. Koreksian didapat dari buku Takhrlj nash

831 Dikeluarkan oleh al-Lalika’i pada Syarh Ushull’tiqadAhlisSunnah (7/1354) dari jalur ini. Hakim dalam al-

Mustadrak(3/103) ia berkata, “Sanad hadits ini shahih tetapi tidak dikeluarkan oleh al-Bukhaari dan Muslim. Pendapat Hakim

dlsepakati oleh adz-Dzahaby sebagaimana yang dikeluarkan oleh Ibnu Asakir Dalam Tarikh Kota Damaskus, 11/353 dalam

bentuk manuskrip. Aku katakan atsar ini mempunyai saksi yang memperkuatnya. Di antaranya hadits Kasir bin ash-Shalat,

dikeluarkan oleh al-Lalika’i dalam buku Syarh Ushul’ I’tiqadAhlis Sunnah (7’/1355) dan Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat,

3/75. Unat al-Musnad, 1/72-73. Haitsmy dalam Majma’ az-Zawaid, 9/96, lihat Muhammad al-Ghabban fitnah terbunuhnya

Utsman bin Affan ra., 169.

832 Berita dari Katsir dikeluarkan oleh Ibnu Asakir (11/353) dari jalur ini. Dikeluarkan oleh Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-

Kubra (3/75) dan al-Lalikai dalam Syarh UshulI’tiqadAhlis Sunnah (7/1355) melalui jalur yang lain.

833 Ibnu Asakir Tarikh Kota Damaskus (11/352) dalam bentuk manuskrip

834 MusnadAhmad‘(526) Syaikh Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.”

835 Lthat Tarikh ath-Thabari, 4/416.

836 Yang disebutkan penulis adalah pedapat jumhur. Ibnu Asakir menyebutkan dua pendapat yang lain dari Ibnu Ishaq, pada

hari Senin dan pada hari Rabu. Pendapat jumhur adalah pendapat yang rajih (lihat terbunuhnya Utsman karya Muhammad

al-Ghaban).

837 Tarikh ath-Thabari, 4/416.

838 Az-Zubairy, Nashab Quraisy, 101.

839 Tarikh ath-Thabari, 4/416 dan ia meriwayatkan dari asy-Sya’bi dan Iain-Iain. Ini adalah pendapat yang rajih mengenai waktu

terbunuhnya adapun tanggal terbunuhnya yang rajih adalah pada tanggal 12 Dzuhijjah tahun 35 Hijriyah. Sebagaimana

yang telah lalu penjelasannya

840 Husyi: Kebun, Kaukab: Seorang lelaki dari Anshar yang kebunnya dibeli Utsman dan beliau tambah di Baqi’ hingga tempat

tersebut dinisbatkan kepadanya. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abdil Barr dalam al-Isti’ab, 3/1048. Lihat al-Ishabah,

5/626.

841 Al-Isti’ab, 3/1048

842 Kcnteks seperti ini disebutkan oleh ath-Thabari dalam Tarikhnya, 4/389-391 dengan sedikit perbedaan. Al-Hafizh Ibnu Katsir

menyebutnya secara ringkas. Lihat nash-nash dengan arti yang sama yang di cantumkan oleh Ibnu Asakir dalam Tarik/mya,

11/362-367 dalam bentuk manuskrip.

843 Watssab: Maula Utsman, disebutkan oleh Abi Hatim dalam al-Jarh wat Ta’dil, 9/48, dia berkata, “Diriwayatkan oleh al-Hasan

al-Bashri.” Tanpa menyebutkan jarh (celaan) atau tetf/7(pujian).

844 Tarikh Khalifah, 170.

845 Tarikh Khalifah, 147 dengan sanad yang lalu. Lihat ThabaqatIbnu Sa’ad, 3/72.

846 Tarikh Dimasyq, 11/365 dari jalur al-Waqidi. Lihat Thabaqat Ibnu Saad, 3/73.

847 Lihat Tarikh Khalifah, 175. Ia mengeluarkannya melalui dua jalur yang salah satu sanadnya shahih.

848 Lihat ucapan ini di Tarikh ath-Thabari, 4/392 dari irwayat Saif bin Umar dari guru-gurunya.

849 Al-Ajurri Kitab Syariah, 4l\<i<}l.

850 At-Tirmidzi mengeluarkan dalam Sunamya dalam Kitab a/-Manaqibbab Manaqib Saad bin Abi Waqqash, 5/649.

851 Tarikh Dimasyq, 11/387 dalam bentuk manuskrip.

852 Ath-habaqat al-Kubra, 3/83

853 Demikianlah apa yang dikatakan penulis dan aku belum mendapatinya dalam Shahih al-Bukhari.

854 Juz al-Hasan bin Arafah, 45, (?/7) sanad terputus antara Qatadah dan Abu Musa.

855 Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/80.

856. Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/80.

857 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/388 manuskrip

858 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/388 manuskrip. Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/82.

859 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/390 manuskrip dari jalur yang banyak.

860 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/389 manuskrip. Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/82.

861 Lihat jalur-jalur tersebut di Tarikh Dimasyq, 11/387-294 (satu nuskhah dari perpustakaan azh-Zhahiriyah).

862 Lihat jalur-jalur tersebut di Tarikh Dimasyq, 11/387-294.

863 Al-Ma’rifah wat Tarikh, 3/118 dengan sedikit perbedaan lafazh. Umair bin Rudzy Abu Katsirah. Ibnu Abi Hatim

menyebutkan dalam bukunya Jarh wat Ta’dil, 6/376 dan ia berkata, “Diriwayatkan dari Ali dan meriwayatkan darinya Majalid

bin Sa’id.” Lihat Tarikh Dimasyq, 11/400.

864 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/404

865 Tarikh Khalifah, 176, ath-Thabaqat al-Kubra, 3/82. Dengan sanad menurut ketetapan al-Bukhari dan Muslim.

866 Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/82.

867 Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/82 dengan perawi yang terpercaya. Lihat Tarikh Khalifah, 176.

868 Ibnu Asakir, Tarikh Oimasyq, 11/409.

869 Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, 11/409.

8 Responses to “FITNAH TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN RA.”

  1. Vitto said

    Subhanallah, Alhamdulillah, jadi jelas sekarang bagi saya bahwa Utsman bin Affan RA. berada di jalan yg benar. Saya tidak pernah ragu akan beliau tetapi karena kurangnya ilmu, saya sulit menjelaskan jika ada yg bertanya ttg perkara ini. Saya hampir nangis saat membaca kisah ini. Semoga Allah melaknat mereka semua penfitnah & pembunuh wali Allah.

  2. Vitto said

    Terima kasih pak, atas pencerahannya. Semoga Allah selalu merahmati bapak dan keluarga 🙂

  3. niponk said

    subhanalloh,buat saya ygt masih awam terima kasih atas pencerahannya yg sebelumya masih ada keragu-raguan dan tanda tanya dalam hati sekaranmg jadi lebih yakin.alhamdulillah.. kalo di ijinkan saya mau copy paste artikel ini… mohon di ijinkan,semoga Alloh selalu merahmati anda dan keluarga,amin

  4. Side effects of tongkat ali…

    […]FITNAH TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN RA. « Membangun Khazanah Ilmu dan Pendidikan[…]…

  5. loel said

    alhamdulillah… terima kasih atas pencerahan yang bapak berikan. semoga Allah selalu melimpahkan ilmu yang luas sehingga bapak selalu dapat berbagi. mtur nuwun.

  6. nur azuwa said

    assalamualaikum.. mohon izin copy ya.. syukron..

  7. abuazam said

    alhamdulillah,segala puji hanya bagi allah shalawat dan salam semoga selalu tecurah pada nabi kita muhammad bin abdullah.para sahabat dan pengikut nya sampai akhir zaman amin…

Leave a reply to Vitto Cancel reply